Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia melalui Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia buka suara perihal kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengerek tarif resiprokal kepada Indonesia sebesar 32%.
Menurut Bahlil, Indonesia sejatinya jangan merasa khawatir atas kebijakan tersebut. Justru, 'perang tarif' ini dinilainya jangan dianggap sesuatu yang luar biasa.
"Ini biasa-biasa aja. Kalau di ilmu, di HIPMI ini biasa. Harus bikin masalah dulu baru kompromi, jadi jangan juga kita membuat seolah-olah dunia sudah mau berakhir," ungkap Bahlil, Selasa (15/4/2025).
Bagi Bahlil, kebijakan yang dikeluarkan Trump adalah strategi perdagangan sebuah negara. Hal itu, membuat sadar bahwa suatu blok pada sebuah negara tidak lagi menjadi sesuatu yang bisa dipercaya secara pasti.
Sehingga. "Hampir semua negara sekarang berpikir tentang bagaimana kedaulatan negaranya masing-masing," tegas Bahlil.
Nah, dalam perspektif Indonesia, ungkap Bahlil, Indonesia mempunyai keunggulan komparatif terhadap energi hijau yang kemudian bisa menjadi penetrasi kepada pasar di mana pun. Diantaranya Eropa, Amerika Serikat.
"Karena kita saling membutuhkan. Kita harus membangun komunikasi politik, komunikasi ekonomi yang win-win. Yang saling menguntungkan. Tidak saling mengintervensi antara negara satu dengan negara yang lain,"
"Di sini hakikat keberadaan sebuah negara untuk saling menghargai antara satu dengan yang lain," tandas Bahlil.
(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Trump Patok Tarif Gila-gilaan: Negara-Negara Mulai "Menjilat"
Next Article Dilantik Senin, Ini Sederet Skandal Trump: Penipuan Pajak-Model Porno