Melirik Prospek Saham Bank Himbara, Kapan Waktu Beli yang Pas?

2 weeks ago 12

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah analis masih memandang positif kinerja saham perbankan, khususnya saham bank milik negara (Himbara). Selain memiliki kapitalisasi pasar yang besar dan fundamental yang kuat, saham bank Himbara dianggap paling menguntungkan karena tercatat rutin membagikan dividen besar setiap tahunnya.

Apalagi jika berkaca pada history pergerakan sahamnya. Contohnya saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI). Saham bank yang satu ini pernah menyentuh level tertinggi di harga Rp6.400 per saham pada tahun lalu. Sementara saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) pernah menyentuh level tertinggi di level Rp7.425 per saham dan saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) pernah menyentuh level tertinggi di angka Rp6.025 per saham.

Lantas, bagaimana prospek pergerakan saham Himbara ke depan? mengingat laju saham perbankan belakangan sedang mengalami koreksi cukup dalam. 

Analis Kiwoom Sekuritas, Miftahul Khaer menilai, prospek saham Himbara tetap menarik dalam jangka panjang, terutama bagi investor yang mencari saham bervaluasi murah ketika terjadi tekanan di pasar.

Dengan kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang melemah, tekanan terhadap saham Himbara bisa menjadi peluang bagi investor untuk melakukan akumulasi pembelian saham di sektor tersebut. Contohnya adalah saham BBRI yang dipandang memiliki basis mikro yang kuat.

"Sentimen positif ke depan termasuk stabilisasi ekonomi domestik, potensi pemangkasan suku bunga BI, serta peningkatan daya beli masyarakat yang dapat mendorong pertumbuhan kredit. Namun, para investor perlu mempertimbangkan risiko seperti tekanan likuiditas dan volatilitas pasar," ujar Miftahul saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (28/2/2025).

Sementara itu, Analis RHB Sekuritas Indonesia Andrey Wijaya mengatakan, para investor dapat melakukan pembelian saham-saham Himbara ketika ada indikasi bahwa kondisi likuiditas membaik. Misalnya, ketika terjadi penurunan suku bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia (BI) ataupun ketika kurs rupiah mulai menguat.

Secara fundamental, saham-saham perbankan memang sedang mengalami kondisi likuiditas yang ketat, sehingga perbaikan Net Interest Margin (NIM) kemungkinan masih membutuhkan waktu yang lebih lama daripada yang diperkirakan sebelumnya.

"Pertumbuhan loan (pembiayaan) di industri perbankan masih solid, tapi kenaikan deposito lebih lambat dari kenaikan loan, yang menyebabkan LDR (Loan to Deposit Ratio) naik," jelas Andrey.

Khusus untuk saham BBRI, Andrey menyebut, saham bank yang satu ini tetap memiliki prospek yang menarik bagi investor meskipun saat ini BBRI diperkirakan masih memiliki angka credit cost yang tinggi untuk mengantisipasi Non Performing Loan (NPL), terutama untuk micro loan (pinjaman mikro).

"Tapi, kelihatannya pembebanan credit cost tertinggi di bulan januari. Ekspektasinya credit costs akan turun secara perlahan pada bulan-bulan berikutnya," ungkapnya.

Di sisi lain, Senior Analyst Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menyampaikan, saat ini saham BBRI tengah menunjukkan divergensi positif. Meski harga sahamnya mencapai titik terendah baru, namun indikator teknisnya mulai naik. Alhasil, divergensi positif dapat menjadi sinyal akan ada kenaikan harga saham BBRI.

"BBRI terlihat positive divergence. Semoga downtrend terbatas," ungkap Nafan.

Bagi Anda yang tertarik untuk mengoleksi saham BBRI, sejumlah analis merekomendasikan beli saham Himbara tersebut. Misalnya, RHB Sekuritas merekomendasikan beli dengan target harga Rp 5.400 per saham. Sementara itu, Mirae Asset Sekuritas memberi rekomendasi akumulasi beli saham BBRI dengan target harga di level Rp 3.920 hingga Rp 4.240 per saham. Sedangkan, KB Valbury Sekuritas merekomendasikan beli saham BBRI dengan target harga Rp 5.390 per saham.

Disclaimer on! Bukan ajakan untuk membeli. Harap di analisa kembali untuk para pembaca.


(dpu/dpu)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bank Mandiri Cetak Laba Rp55,78 Triliun Sepanjang 2024

Next Article BRI (BBRI) Tebar Dividen, Negara Dapat Rp 10,88 T, Publik Rp 9,45 T

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |