Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara tak juga membaik menjelang tutup tahun.
Merujuk Refinitiv, harga batu bara pada penutupan perdagangan Senin (22/12/2025) ada di posisi US$ 105,5 atau melandai 0,19%.
Pelemahan ini memperpanjang tren negatif batu bara yang sudah turun 0,52% pada tiga hari beruntun.
Produksi batu bara global pada 2026 diperkirakan tetap datar, dengan pertumbuhan tahunan hanya 0,2% menjadi 9.355,8 juta ton (mt). Laju ini menandai perlambatan signifikan dibanding 2025, seiring tekanan struktural yang kian menguat di berbagai wilayah produsen utama.
Prospek ini mencerminkan pelemahan berkelanjutan di China, kondisi kelebihan pasokan yang persisten di Indonesia dan Amerika Serikat, serta harga yang tetap lemah di sepanjang rantai nilai, sehingga membatasi insentif untuk ekspansi produksi skala besar.
Produksi batu bara China diproyeksikan turun 0,8% pada 2026, menjadi penurunan pertama sejak 2016. Pelemahan ini dipicu oleh kelebihan pasokan, permintaan hilir yang stagnan, serta tingginya tingkat persediaan di pasar domestik.
Meski batu bara masih memegang peran strategis dalam menjaga ketahanan energi, pertumbuhan permintaan listrik yang melemah dan meningkatnya kapasitas pembangkit energi terbarukan diperkirakan akan menekan konsumsi batu bara.
Tingginya stok di pembangkit listrik dan pelabuhan juga diperkirakan membuat produksi tetap terkendali, meskipun harga masih berada di bawah tekanan.
Kondisi ini mencerminkan pergeseran struktural, bukan sekadar perlambatan siklis, dan menandakan lingkungan produksi yang semakin terbatas ke depan.
Dari China, Sxcoal melaporkan penambang mencoba mengangkat harga batu bara kokas tapi permintaan yang lemah membatasi kenaikan ini.
Beberapa penambang batu bara kokas di kawasan produksi utama China mencoba menaikkan harga jual secara tentatif karena ada sedikit peningkatan aktivitas restocking terutama di beberapa pabrik kokas yang stoknya rendah.
Namun sentimen pasar secara keseluruhan tetap lemah dan dorongan permintaan belum cukup kuat untuk mendukung kenaikan harga yang berkelanjutan.
Harga kokas justru menunjukkan tren turun. Data indeks harga domestik menunjukkan bahwa harga kokas terus turun, menandakan tekanan permintaan yang masih kuat di sektor hilir (industri baja). Ini merupakan penurunan harga kokas untuk ketiga kalinya dalam periode pendek.
Penurunan harga ini sejalan dengan laporan bahwa pabrik-pabrik baja di China tetap berhati-hati dalam pembelian bahan baku karena margin produksi yang sempit dan permintaan baja yang lesu, sehingga menekan harga kokas dan batubara kokas secara keseluruhan di pasar domestik.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(mae/mae)

3 hours ago
2

















































