Marhaban Ya Ramadan: Semoga Berkah dan Mendatangkan Cuan

1 week ago 8
  • Pasar keuangan Indonesia pekan lalu hancur lebur karena tekanan dari eksternal, IHSG dan rupiah ambruk
  • Wall Street mengakhiri perdagangan di zona hijai pada akhir pekan lalu setelah ambruk
  • Data inflasi, kebijakan tarif, dan ekonomi datangnya Ramadan akan menjadi penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup sangat mengecewakan pada Jumat (28/02/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpuruk. Sedangkan Surat Berharga Negara (SBN) sedikit dilirik asing.

Pasar keuangan domestik hari ini Senin (03/03/2025) diperkirakan masih akan cukup rawan terkoreksi di tengah berbagai sentimen khususnya dari dalam negeri yang dapat langsung berdampak pada pasar keuangan. Selengkapnya mengenai sentimen pasar pekan ini bisa dibaca pada halaman 3 artkel ini.

Pada penutupan perdagangan Jumat kemarin, IHSG ditutup ambruk ditutup anjlok 3,31% di level 6.270,60. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak September 2021.

Jatuhnya IHSG memperpanjang penurunan IHSG perdagangan kemarin, tercatat di sepanjang 2025 IHSG telah ambruk 11,43% dan menjadi penurunan terburuk sejak 5 Agustus 2024.

Pada perdagangan kemarin, investor asing tampak melakukan net sell sebesar Rp2,91 triliun. Alhasil secara year to date/ytd, net sell investor asing tercatat sebesar Rp21,9 triliun.

Secara sektoral, basic materials menjadi sektor dengan penurunan paling dalam pada penutupan perdagangan Jumat lalu dengan depresiasi sebesar 5,55%, kemudian diikuti dengan sektor infrastructures yang terkoreksi 3,77%.

Di saat yang bersamaan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengakhiri perdagangan pada akhir pekan lalu di posisi Rp16.575/US$, dalam sehari melemah 0,79%, begitu pula dalam sepekan terakhir, rupiah tampak terdepresiasi sebesar 1,69%.

Sentimen penekan mata uang Garuda yakni soal tarif Trump yang kembali mempertegas tabuhan genderang perang dagangnya dengan mengumumkan tarif baru terhadap Meksiko dan Kanada sebesar 25% akan mulai berlaku pada awal pekan depan.

Sementara China akan dikenakan tambahan tarif 10% pada awal pekan depan pula. Keputusan ini memperkuat kebijakan proteksionisme ekonomi yang menjadi ciri khas pemerintahannya, sekaligus menambah ketidakpastian di pasar global.

Kebijakan tarif ini sebelumnya sempat ditangguhkan pada 3 Februari untuk jangka waktu satu bulan, yang menyebabkan kebingungan tentang apakah tarif akan kembali diberlakukan atau tidak setelah periode penundaan berakhir.

Dalam sebuah unggahan di Truth Social pada Kamis (27/2/2025), Trump memastikan bahwa tarif tersebut akan berjalan sesuai jadwal.

Dalam pernyataannya, Trump mengklaim bahwa perdagangan narkotika ilegal dari Meksiko dan Kanada ke AS masih berada pada tingkat yang sangat tinggi dan tidak dapat diterima, meskipun kedua negara telah berjanji untuk meningkatkan pengawasan di perbatasan mereka.

"Kami tidak bisa membiarkan ancaman ini terus merusak AS. Oleh karena itu, hingga masalah ini berhenti atau setidaknya sangat dibatasi, tarif yang dijadwalkan untuk diberlakukan pada 4 Maret akan tetap berlaku, seperti yang telah dijadwalkan sebelumnya," tulis Trump, sebagaimana dikutip dari CNBC International.

Tertekannya pasar saham dan nilai tukar rupiah ini juga tercermin dari derasnya dana asing yang keluar dari pasar keuangan domestik.

Bank Indonesia (BI) menunjukkan data transaksi periode 24 - 27 Februari 2025, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp10,33 triliun, terdiri dari jual neto sebesar Rp7,31 triliun di pasar saham, Rp1,24 triliun di pasar SBN, dan Rp1,78 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Selanjutnya, beralih pada imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang bertenor 10 tahun terpantau mengalami penurunan tipis menjadi 6,925% pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu.

Penurunan imbal hasil ini terjadi setelah sempat mengalami spike hingga titik tertingginya di angka 7,007%.

Perlu diketahui, hubungan yield dan harga pada SBN ini berbanding terbalik, artinya ketika yield turun berarti harga obligasi naik, hal ini menunjukkan investor yang sedikit melirik SBN Tanah Air.

Pages

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |