LQ45 - IDX30 Jeblok, Saham Bank BNI Ternyata Lebih Kuat!

2 weeks ago 12

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pada perdagangan Jumat hari ini (28/2/2025) terkontraksi 5,53% ke posisi Rp4.100 per lembar. 

Kontraksi pada hari ini membuat saham bank BNI koreksi 5,29% sejak awal tahun. Meski begitu, pelemahan ini ternyata masih lebih moderat dibandingkan dengan pergerakan indeks acuan saham Tanah Air seperti IDX30 dan LQ45 yang ambruk belasan persen. 

BBNIFoto: Tradingview
BBNI

Kontraksi saham bank BNI yang cenderung lebih moderat ini dipengaruhi oleh kinerja profitabilitas bank yang resilient dibandingkan kompetitor di industri di mana laba sepanjang Januari 2025 berhasil tumbuh 9,7% secara tahunan (yoy) menjadi Rp1,63 triliun. 

Kenaikan tersebut seiring dengan pertumbuhan kredit dan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII).

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, upaya perseroan untuk menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan dibuktikan dari pencapaian kinerja keuangan 2024 hingga periode satu bulan pertama 2025.

"Fundamental solid BNI terlihat dari kinerja sepanjang 2024 dan Januari 2025 yang secara konsisten menunjukkan pertumbuhan laba dan penyaluran kredit dalam mendukung ekspansi kami tahun ini," kata Royke dalam siaran pers, Jumat (28/2/2025).

Berdasarkan data laporan keuangan Januari 2025 yang telah dipublikasikan pada website perseroan, penyaluran kredit BNI meningkat dari Rp679,9 triliun menjadi Rp749,8 triliun atau tumbuh 10,3% YoY. Net Interest Income (NII) meningkat dari Rp3,12 triliun menjadi Rp3,17 triliun.

BNI secara konsisten memprioritaskan pertumbuhan profitabilitas, dimana pertumbuhan kredit masih ditopang oleh segmen berisiko rendah yakni segmen korporasi yang tumbuh 17% YoY dan kredit konsumer yang meningkat 14% YoY.

"Setelah beberapa tahun disiplin pada portfolio manajemen, BNI berhasil menjaga kualitas aset yang solid yang terlihat dari credit cost sebesar 1% pada Januari 2025," tutur Royke.

Selain itu, tekanan pada Net Interest Margin (NIM) mulai mereda pada awal tahun ini dibandingkan kondisi terakhir tahun lalu. Hal ini tidak terlepas dari kondisi makro yang memberikan keuntungan bagi BNI terutama tren penurunan yield Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) serta potensi tambahan likuditas ke sistem perbankan pada semester kedua dengan diterapkannya Devisa Hasil Ekspor (DHE) yang harus ditempatkan di perbankan dalam negeri 100% selama satu tahun.

Pada RUPS mendatang, BNI rencananya juga akan mengusulkan dividen payout ratio yang lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, dimana dividen tahun lalu tercatat sebesar 50% dari laba bersih.

"Berdasarkan pencapaian tersebut, kami yakin BNI dapat memberikan nilai tambah yang menarik bagi investor dan seluruh stakeholder," tutup Royke.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

(tsn)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |