Lagi, Fenomena di China Bawa Petaka! "Pria Sisa" Cari Istri Pakai Calo

1 day ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia - China mengalami penurunan angka pernikahan yang tajam pada 2024. Selama satu tahun, angka pendaftaran pernikahan turun hingga 1,5 juta pendaftaran. Bahkan puluhan juta pria di sana terancam tidak bisa menikah sehingga menggunakan calo.

"Ada 6,1 juta pendaftaran pernikahan di seluruh negeri pada tahun 2024, turun dari 7,7 juta pada tahun sebelumnya," ungkap Peneliti Studi Asia Timur Divisi Sejarah Universitas Lund , Ming Gao, mengutip The Conversation pada Senin (31/3/2025).

Ia menjelaskan penurunan angka pernikahan di China karena berbagai faktor.

"Faktor-faktor tersebut meliputi meningkatnya tekanan ekonomi, berkembangnya sikap sosial terhadap pernikahan, dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi," ungkap Ming Gao.

"Khususnya wanita Tionghoa perkotaan, semakin menentang ekspektasi gender traditional, yang menekankan pernikahan dan melahirkan anak sebagai tonggak penting dalam hidup," sambungnya.

Ia juga mengungkapkan faktor penurunan angka pernikahan karena meningkatnya biaya hidup juga membuat semakin sulit bagi banyak anak muda untuk menikah.

Seiring penurunan angka pernikahan, China saat ini tengah berjuang melawan ketidakseimbangan gender yang sudah berlangsung lama, yang merupakan warisan dari kebijakan satu anak yang berlaku di negara tersebut dan preferensi budaya terhadap anak laki-laki.

"Ketidakseimbangan gender khususnya terlihat di kalangan mereka yang lahir pada tahun 1980-an, generasi yang saya ikuti," ucap Ming Gao.

Ming Gao menjelaskan penyebabnya karena meluasnya penggunaan teknologi USG sejak pertengahan tahun 1980-an, yang memungkinkan orang tua untuk menggugurkan kandungan jika anak mereka berjenis kelamin perempuan.

Marak Pria China Beli Pengantin

Pria yang belum menikah di China telah menjadi bagian dari apa yang disebut "era pria yang tertinggal" (shengnan shidai dalam bahasa Mandarin).

Ini adalah istilah yang muncul di internet yang secara umum merujuk pada periode antara 2020 dan 2050 ketika sekitar 30 juta hingga 50 juta pria China diperkirakan tidak akan dapat menemukan istri.

Karena tidak dapat menemukan pasangan hidup, beberapa pria di China "membeli" pengantin asing. Meningkatnya permintaan akan pengantin ini, terutama di daerah pedesaan, telah memicu peningkatan pernikahan ilegal.

"Ini termasuk pernikahan yang melibatkan anak-anak dan wanita yang telah diperdagangkan ke China terutama dari negara-negara tetangga di Asia Tenggara," ucapnya.

Human Right Watch mencatat, perempuan dan anak perempuan di negara-negara tetangga biasanya ditipu oleh calo yang menjanjikan pekerjaan dengan gaji tinggi di Cina. Mereka menjadi korban calo begitu sampai di Cina, dan dijual dengan harga antara US$3.000 hingga US$13.000 kepada laki-laki China.


(dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Xi Jinping Bertemu Para CEO Global, Bahas Soal Tarif?

Next Article Video : Penjualan Ritel China November Naik 3%

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |