Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Iran dilaporkan terus merosot. Ini terjadi akibat kebijakan Bank Sentral negara tersebut terhadap nilai tukar mata uang asing dan keputusan lebih memilih impor emas daripada cadangan dolar.
Melansir Iran Wire pada Rabu (26/2/2025), para ahli menyalahkan lemahnya penegakan aturan mata uang oleh Bank Sentral bagi eksportir sebagai alasan utama penurunan mata uang. Menurut mereka, kebijakan bank yang menerima emas sebagai ganti dolar telah memperlambat arus masuk mata uang asing di saat yang krusial.
"Waktu penerapan kebijakan ini terbukti sangat bermasalah, bertepatan dengan ketegangan regional dan meningkatnya tekanan dari sanksi Barat setelah Donald Trump kembali menjabat," demikian laporan media tersebut.
"Faktor eksternal dan kebijakan domestik telah berpadu untuk mempercepat depresiasi mata uang."
Sebelumnya para pejabat pemerintah secara tidak biasa mendesak warga negara di media pemerintah untuk membeli emas impor. Para analis menyebut ini adalah sebuah langkah yang merugikan ekonomi.
"Beberapa ahli percaya bahwa pihak berwenang mungkin menggunakan krisis mata uang untuk menutupi defisit anggaran," tambah laporan tersebut.
Saat ini kebijakan Bank Sentral semakin diawasi ketat karena mata uang terus kehilangan nilai. Para kritikus berpendapat bahwa tindakan bank tersebut telah memperburuk alih-alih meredakan krisis.
Selama bertahun-tahun, penerapan undang-undang komitmen valuta asing dan pengembalian mata uang yang dihasilkan dari ekspor telah menjadi salah satu tantangan ekonomi Iran. Baru-baru ini, Mahkamah Audit Tertinggi mengungkapkan dalam sebuah laporan bahwa US$4,6 miliar dalam mata uang ekspor belum dikembalikan ke negara tersebut.
Pihaknya menuduh dan meminta Bank Sentral untuk menanggapi hal tersebut. Mahkamah Audit Tertinggi menyatakan bahwa jumlah mata uang yang tidak dikembalikan ini telah memengaruhi nilai tukar terhadap mata uang nasional.
Namun, Bank Sentral mengklaim tidak bersalah. Mereka mengatakan bahwa kasus pelanggar telah dikirim ke otoritas peradilan untuk ditindaklanjuti, sementara pemerintah telah mengadopsi kebijakan bungkam.
Menurut Pengadilan Audit, proses ini telah mengintensifkan kenaikan nilai tukar di Iran, terutama ketika nilai mata uang nasional menurun karena ketegangan politik dan regional, dan ekonomi negara tersebut semakin membutuhkan sumber daya mata uang asing. Kebijakan impor emas sebagai pengganti mata uang hasil ekspor saat perekonomian negara lebih membutuhkan sumber daya mata uang asing disebut bertentangan dengan kepentingan nasional Iran.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Harga Emas Pecah Rekor Lagi Capai USD 2.951,19 per Troy Ons
Next Article RI Deflasi Beruntun 5 Bulan, Mirip Situasi Mengerikan 1998