Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan saat ini kementerian tersebut memiliki 35 proyek dengan nilai US$ 126 miliar setara Rp 2.059 triliun (asumsi kurs Rp 16.350 per US$).
Sejalan dengan itu, pemerintah baru saja meresmikan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengungkapkan jika proyek Kementerian ESDM bisa menjadi proyek prioritas, hal itu juga akan menjadi prioritas bagi Danantara, termasuk untuk sisi pembiayaannya.
"Pak Wamen, Pak Menteri sudah menyampaikan ada 35 proyek, US$ 126 miliar kalau nggak salah, salah satunya pasti kalau proyek ini menjadi prioritas juga menjadi prioritas dari Danantara juga," ujar Dadan saat ditemui di Gedung Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (25/2/2025).
Lebih lanjut, Dadan mengungkapkan pemerintah saat ini juga tengah mengejar target pertumbuhan ekonomi mencapai 8% pada tahun 2029 mendatang.
Dadan mengatakan pihaknya mendorong tercapainya target tersebut melalui upaya berbagai proyek yang dilakukan oleh pihaknya itu, meski belum bisa dipastikan apakah akan "kecipratan" pembiayaan dari Danantara atau tidak.
"Jadi masalah nanti akan didanai atau nggak, kan Danantara ini baru berdiri kemarin, kita sekarang melakukan berbagai macam strategi supaya ini bisa kejadian," imbuhnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga sempat mengatakan dirinya sudah meminta agar Presiden RI Prabowo Subianto mengalokasikan sebagian dana aset BUMN yang akan dikelola oleh Danantara bisa digunakan untuk membiayai program hilirisasi di Indonesia.
Bahlil mengatakan saat ini dirinya berharap agar Prabowo bisa mengabulkan permintaan pendanaan hilirisasi sebagian melalui badan pengelola aset tersebut.
"Insyaallah mudah-mudahan saja proposal kami, Bapak Presiden menyetujui bahwa sebagian Danantara dananya dipakai untuk membiayai investasi hilirisasi di Republik Indonesia," bebernya dalam acara Indonesia Economic Summit, di Jakarta, dikutip Kamis (20/2/2025).
Bukan tanpa alasan, Bahlil menegaskan permintaan tersebut adalah agar Indonesia memiliki posisi tawar yang tinggi di mata pendana modal global. Dia menilai, nantinya Indonesia akan memiliki nilai tawar yang tinggi untuk menggaet investor lebih banyak lagi, khususnya untuk program hilirisasi.
"Saya jujur saja, waktu jadi Menteri Investasi itu merayu FDI (foreign direct investment) itu memang agak ngop-ngopan. Karena seolah-olah dianggap kita negara yang butuh mereka, dan memang kita butuh. Tapi kalau kita mempunyai kapital yang cukup, kita mempunyai bargaining position yang kuat. Nah di sinilah kita bisa sama-sama untuk mengelola sumber daya alam kita," tegasnya.
Saat ditanya lebih lanjut perihal permintaan alokasi dana Danantara untuk hilirisasi, Bahlil menyebutkan permintaan tersebut juga didasari tujuan agar Indonesia bisa menerima manfaat nilai tambah yang lebih optimal dari program hilirisasi Tanah Air.
"Ya, kami kan mengajukan dalam berbagai kesempatan kepada Bapak Presiden agar meminta pertimbangan untuk sebagian Danantara itu bisa diinvestasikan dalam rangka memberikan penciptaan nilai tambah di sektor hilirisasi," ujar Bahlil di sela acara.
Lebih lanjut, Bahlil mengatakan tujuan lain dari permintaan alokasi dana Danantara tersebut adalah untuk memberikan kedaulatan danmanfaat pengelolaan sumber daya alam yang ada di tanah air.
"Karena ini untuk memberikan kedaulatan bagi kita dalam rangka memanfaatkan, manfaat daripada proses nilai tambah semua sumber daya alam kita yang ada di Indonesia," imbuhnya.
(dem/dem)
Saksikan video di bawah ini:
Video: RI Siapkan 35 Proyek Hilirisasi, Nilainya Capai Rp 2,015 T
Next Article Prabowo Mau Bentuk Super Holding BUMN, Ini Bocorannya!