Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah pelaku pasar modal menyampaikan keberatan atas aturan free float terbaru yang diterapkan oleh indeks global Morgan Stanley Capital International (MSCI). Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama sejumlah emiten pun telah mengirimkan surat resmi kepada MSCI terkait penyesuaian tersebut.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy mengatakan, surat tersebut menyoroti laporan terbaru MSCI yang dinilai tidak tepat dalam menilai porsi free float saham di Indonesia.
"Kita mengirim surat ke MSCI. Dan saya dengar juga beberapa perusahaan tercatat yang sudah masuk di MSCI sudah mengirimkan surat keberatan terhadap rilis reportnya. Rilisnya MSCI yang terakhir ya," kata Irvan kepada wartawan, di Gedung BEI, Jakarta, Senin, (3/11/2025).
Ia menambahkan, pihaknya juga mempertanyakan kebijakan MSCI yang hanya diterapkan pada pasar Indonesia. Hingga kini, BEI belum mendapat penjelasan resmi dari MSCI mengenai dasar perubahan tersebut.
"Pertama, kita mempertanyakan kenapa itu hanya untuk Indonesia. Kedua kita akan menjelaskan free float yang dimaksud dan data-data yang kita punya. Ini ada versi free float yang dirilis oleh KSEI. Bagaimana di reportnya dia. Dan juga ada pengumuman free float dari masing-masing emiten juga ada," kata ada.
BEI juga menyoroti klasifikasi "corporate and others" yang digunakan MSCI dalam laporan tersebut. Berdasarkan kajian BEI, kelompok investor yang dikategorikan sebagai "corporate" justru memiliki porsi saham free float lebih besar dibandingkan non-free float. Begitu pula kelompok "others" yang hampir seluruhnya terdiri dari investor dengan saham free float.
Selain itu, BEI tengah berkoordinasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk menyikapi persoalan ini. Irvan menargetkan surat resmi ke MSCI akan dikirim pekan ini atau awal pekan depan. Setelah itu, BEI akan mengatur jadwal pertemuan dengan pihak MSCI untuk melakukan klarifikasi langsung.
Sebelumnya, pasar saham pada perdagangan Senin, (27/10/2025) jatuh hingga 3,8%. IHSG ambruk seiring dengan informasi yang beredar bahwa MSCI akan memberlakukan ketentuan baru mengenai free float. MSCI mengusulkan dua pendekatan baru, dan akan memilih yang lebih rendah nilainya (lebih konservatif).
Pertama, berdasarkan data kepemilikan yang diungkapkan oleh perusahaan (laporan tahunan, pengajuan resmi, dan siaran pers), serta data dari KSEI (lembaga kliring Indonesia). Dalam pendekatan ini, saham-saham yang tercatat sebagai Scrip (tidak jelas kepemilikannya di data KSEI), dan dimiliki oleh korporasi atau kategori lainnya, akan dianggap bukan free float.
Pendekatan kedua, menggunakan data KSEI, dengan menganggap hanya saham Scrip dan saham milik korporasi sebagai non-free float. Mulai review Mei 2026, MSCI juga akan mengubah cara mereka membulatkan angka free float:
• High float (>25%) dibulatkan ke kelipatan 2,5% terdekat
• Low float (5-25%) dibulatkan ke kelipatan 0,5% terdekat
• Very low float (
Dampaknya bagi Indonesia, karena banyak perusahaan Indonesia memiliki kepemilikan besar oleh korporasi atau kelompok tertentu (bukan publik), aturan baru ini bisa menurunkan nilai free float mereka. Akibatnya, porsi saham Indonesia dalam indeks MSCI bisa turun.
(fsd/fsd)
                    
                                                
    [Gambas:Video CNBC]
Next Article Green Era Jual 28,2 Juta Saham BREN, Kantongi Rp 250 M

                        6 hours ago
                                2
                    
















































