Kaki Tangan Putin Komentari Trump Damaikan Gaza, Sebut Belum Kelar

5 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyatakan bahwa masalah Palestina belum terselesaikan. Pernyataan ini muncul di tengah pembahasan rencana perdamaian yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang meski dinilai sebagai "hal terbaik di meja perundingan saat ini" oleh Rusia, namun dianggap belum sepenuhnya menuntaskan konflik.

Lavrov menekankan bahwa meskipun Rusia berulang kali menilai rencana damai Trump sebagai opsi terbaik yang ada saat ini, namun rencana tersebut sebagian besar hanya fokus pada situasi di Gaza dan hanya membahas kedaulatan Palestina dalam istilah yang sangat umum.

Ia juga mencatat bahwa Amerika Serikat dan Israel termasuk di antara sepuluh negara yang secara terang-terangan menolak solusi dua negara dalam pertemuan Majelis Umum PBB bulan lalu. Negara lain yang menolak termasuk Tonga, Palau, Nauru, dan Mikronesia.


"Penyelesaian akhir konflik Israel-Palestina, memerlukan pembentukan negara Palestina yang tunggal, utuh secara teritorial dalam batas-batas tahun 1967 sejalan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB yang relevan. Moskow tetap berkomitmen pada solusi dua negara untuk krisis tersebut," tambahnya.

Rencana Trump memang mengakui penentuan nasib sendiri dan kenegaraan sebagai "aspirasi" rakyat Palestina, tetapi menyatakan bahwa "kondisi (untuk itu) mungkin baru akan terpenuhi... sementara pembangunan kembali Gaza maju dan ketika program reformasi PA (Otoritas Palestina) dilaksanakan dengan sungguh-sungguh."

Dalam perkembangan terkait, Hamas dilaporkan telah membebaskan 20 sandera yang tersisa yang mereka tawan selama serangan ke Israel dua tahun lalu. Sebagai imbalannya, Yerusalem Barat telah mulai membebaskan 2.000 tahanan Palestina sebagai bagian dari peta jalan 20 poin Trump untuk mengakhiri perang Gaza.

Presiden AS telah tiba di Israel untuk acara tersebut. Berbicara di hadapan badan legislatif nasional negara itu, Knesset, Trump mengatakan pertukaran sandera dan tahanan ini menandai dimulainya "era keemasan Timur Tengah."

Berbicara kepada media berbahasa Arab pada hari Senin, Lavrov menegaskan kembali pandangan Rusia tentang rencana Trump, namun ia menekankan pentingnya "menghentikan pertumpahan darah sesegera mungkin dan menyelesaikan masalah kemanusiaan yang serius" di Gaza.

Israel melancarkan operasi militer di Gaza sebagai respons atas serangan Hamas pada Oktober 2023, di mana 1.200 orang tewas dan 250 lainnya disandera. Tanggapan Israel ini telah merenggut lebih dari 67.000 nyawa dan melukai hampir 170.000 lainnya, menurut otoritas kesehatan setempat.

Skala respons Israel ini telah memicu dukungan yang besar, meningkatkan jumlah negara yang mengakui Palestina. Bahkan, sejumlah negara Barat seperti Inggris, Prancis, dan Australia telah mengambil langkah mengakui Palestina sebagai negara.


(tps/luc)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Inggris Beri Warning ke Israel, Sebut Bakal Segera Akui Palestina

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |