Jakarta, CNBC Indonesia - Kekurangan tenaga kerja di Jepang membuat perusahaan-perusahaannya berlomba-lomba untuk mendapatkan talenta yang ada.
Dikutip dari The Japan Times, perusahaan-perusahaan Jepang memulai seminar kerja untuk mahasiswa yang lulus pada musim semi 2026.
Perusahaan-perusahaan berlomba untuk mendapatkan talenta di tengah kekurangan tenaga kerja yang serius dengan mengambil langkah-langkah termasuk menaikkan gaji awal.
Sekitar 160 perusahaan mengambil bagian dalam bursa kerja bersama yang diselenggarakan oleh penyedia informasi pekerjaan Mynavi di pusat konvensi Makuhari Messe di kota Chiba, dekat Tokyo.
Sebuah survei yang dilakukan Mynavi terhadap 1.820 perusahaan antara bulan Januari dan Februari menunjukkan bahwa 78,1% mengatakan bahwa mereka merasa akan menghadapi semakin banyak kesulitan dalam mendapatkan pekerja.
Survei tersebut menemukan bahwa 54,1% mengatakan mereka akan menaikkan gaji awal bagi mahasiswa yang lulus pada 2026, naik 6,9 poin persentase dari tahun sebelumnya.
"Pendekatan perusahaan telah banyak berubah dari memilih ratusan siswa menjadi memberikan informasi untuk memotivasi beberapa puluh siswa yang berhubungan dengan mereka," kata Makoto Takahashi, pemimpin redaksi situs Mynavi.
Perusahaan Siap Naikkan Gaji
Foto: Aktivitas warga di Tokyo, Jepang. (AP/Jae C. Hong)
Serikat pekerja terbesar di Jepang, Rengo, menargetkan kenaikan gaji minimal 5% tahun ini, dengan dorongan lebih besar bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Langkah ini dilakukan agar dapat mengejar ketertinggalan dari perusahaan besar. Tahun lalu, perusahaan besar mencatat kenaikan upah rata-rata 5,58%, tertinggi dalam 33 tahun, sementara UKM hanya sekitar 4%.
Secara keseluruhan, rata-rata kenaikan upah pekerja menjadi 5,1% atau menjadi JPY 15.281 per month atau naik sekitar Rp 1.671.435.
Sebagai informasi, upah minimum pekerja Jepang berada di kisaran JPY 1.054 per jam atau Rp 115.940 per jam. Angkanya tentu saja berbeda tiap-tiap wilayah. Upah minimum per wilayah tentu berbeda. Tokyo, misalnya, ada di angka JPY 1.163 sementara Osaka di JPY 1.114 per jam.
Jika menghitung jam kerja delapan jam per hari dan hari kerja 20 hari maka upah minimum pekerja di Jepang ada di kisaran Rp 18,55 juta.
Sebelumnya, pada 2024, Jepang mengalami kenaikan upah tertinggi dalam tiga dekade terakhir. Serikat pekerja dan manajemen menegosiasikan kenaikan gaji rata-rata sebesar 5,1% dalam kampanye upah musim semi tahunan (Shunto) yang diadakan antara bulan Februari dan Juli setiap tahunnya. Namun, karena inflasi yang terlalu tinggi, upah riil di seluruh negeri masih mengalami penurunan hampir sepanjang tahun 2024. Gaji pekerja stagnan sejak pecahnya gelembung harga aset ekonomi pada tahun 1990 dan dekade-dekade berikutnya yang hilang, periode stagnasi ekonomi yang panjang.
Beberapa tahun terakhir telah menandai perubahan dalam perekonomian Jepang, dengan kembalinya inflasi dan konsumen dihadapkan pada tantangan biaya hidup yang lebih tinggi. Perkembangan gaji pada tahun 2025 dianggap penting bagi perkembangan perekonomian Jepang di masa depan.
Kesempatan Untuk Warga RI?
Tingginya upah minimum menjadi salah satu faktor yang mendorong banyak warga Indonesia untuk bekerja di Jepang. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), jumlah pekerja migran Indonesia di Jepang telah mencapai 38 ribu orang hingga akhir kuartal II-2024, meningkat 153% dalam tiga tahun terakhir.
Ke depan, jumlah ini berpotensi terus bertambah jika Jepang semakin menjadi pilihan utama bagi pekerja Indonesia yang ingin mencari peluang di luar negeri. Dalam beberapa waktu ke belakang, media sosial X (sebelumnya Twitter) ramai membahas fenomena "Kabur Aja Dulu", yang mencerminkan keinginan generasi muda untuk mencari kehidupan di luar negeri akibat kekecewaan terhadap berbagai permasalahan di Indonesia.
Laporan dari South China Morning Post mengungkap bahwa banyak anak muda Indonesia mengekspresikan keinginan merantau melalui tagar #KaburAjaDulu, yang viral di X dan TikTok. Salah satu pengguna X, Petra Novandi, menulis, "Kalau kamu tidak terlalu terikat dengan negara ini, pertimbangkan benar-benar untuk #KaburAjaDulu.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)