Jakarta, CNBC Indonesia - Sebagian orang sering mengalami masalah di bagian perut seperti maag dan asam lambung. Keduanya kerap dianggap sama, meskipun memiliki perbedaan penting dalam penyebab dan gejalanya.
Pemahaman terhadap perbedaan ini sangat penting karena memengaruhi jenis penanganannya.
Mengutip Beautynesia, maag merupakan jenis penyakit gangguan pencernaan yang menimbulkan rasa sakit pada lambung akibat peradangan di dinding lambung.
Menurut Dr. Amy Foxx-Orenstein dari Mayo Clinic, maag adalah respons dari iritasi pada lapisan lambung yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti infeksi bakteri Helicobacter pylori, penggunaan obat antinyeri berlebihan, dan konsumsi alkohol atau makanan pedas yang berlebihan. Kondisi ini seringkali ditandai dengan rasa perih, kembung, dan mual.
Menurutnya, maag dapat menjadi kronis jika tidak ditangani dengan baik. Ketika iritasi pada lambung berlangsung lama, dinding lambung bisa terkikis, yang berisiko menimbulkan ulkus atau luka terbuka pada lambung. Oleh karena itu, maag memerlukan perhatian khusus agar tidak berkembang menjadi lebih parah.
Sementara itu, asam lambung merupakan kondisi di mana cairan asam dari lambung mengalir naik ke kerongkongan, yang dikenal dengan istilah gastroesophageal reflux disease (GERD).
Dr. Michael F. Vaezi yang merupakan ahli gastroenterologi asal Vanderbilt University Medical Center, menjelaskan bahwa asam lambung naik sering terjadi karena katup antara lambung dan kerongkongan yang melemah. Kondisi ini dapat menyebabkan sensasi terbakar pada dada atau yang sering dikenal sebagai heartburn.
Ia juga menyebutkan bahwa asam lambung bisa dipicu oleh gaya hidup tidak sehat seperti sering mengonsumsi makanan berlemak, merokok, atau makan terlalu banyak dalam satu waktu. Kondisi ini tidak hanya menyebabkan ketidaknyamanan, tetapi jika tidak ditangani, juga dapat merusak lapisan esofagus, meningkatkan risiko kondisi lebih serius seperti esofagitis atau bahkan kanker esofagus.
Gejala antara maag dan asam lambung terlihat mirip. Namun, sebenarnya ada perbedaan yang signifikan. Menurut Dr. Will Bulsiewicz yang merupakan ahli gastroenterologi yang juga penulis Fiber Fueled, maag umumnya ditandai dengan rasa nyeri dan kembung yang lebih fokus pada perut, terutama setelah makan. Sedangkan asam lambung cenderung menimbulkan sensasi terbakar di dada atau tenggorokan, terutama ketika kamu dalam posisi tidur atau berbaring setelah makan.
Ia menyarankan untuk memperhatikan pemicu gejala ini. Gejala maag seringkali dipicu oleh makanan tertentu seperti makanan asam atau pedas, sementara asam lambung sering dipicu oleh posisi tubuh yang memungkinkan asam mengalir naik ke kerongkongan. Selain itu, maag biasanya tidak menyebabkan rasa terbakar di dada, sedangkan asam lambung bisa memberikan sensasi panas yang menyebar hingga tenggorokan.
Perbedaan antara kedua penyakit tersebut juga memiliki perbedaan dalam menanganannya. Hal itu juga berbeda tergantung pada tingkat keparahan dan penyebabnya.
Dr. Erika Schwartz yang merupakan dokter spesialis pencernaan asal NYU Langone Health, merekomendasikan untuk maag, langkah awal biasanya berupa pengurangan konsumsi makanan pemicu dan menggunakan obat antasida atau penghambat asam seperti ranitidin atau omeprazole.
Menurutnya, bagi mereka yang memiliki maag karena infeksi H. pylori, antibiotik bisa diperlukan setelah konsultasi dengan dokter.
Berbeda untuk penanganan asam lambung, Dr. Brian Lacy dari Mayo Clinic menjelaskan dalam Journal of Gastroenterology bahwa pengobatan bisa meliputi perubahan gaya hidup seperti menghindari makanan yang memicu refluks, tidak berbaring setelah makan, dan menjaga berat badan ideal.
Ia mengungkapkan, beberapa pasien asam lambung mungkin memerlukan obat yang menurunkan produksi asam, seperti proton pump inhibitors (PPI), yang membantu mencegah kerusakan esofagus akibat refluks.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: 25 Tahun Hangatkan si Kecil, Transpulmin Pilihan Ibu Indonesia
Next Article Stres Picu GERD & Asam Lambung Kambuh, Mitos atau Fakta?