Jangan Buru-Buru Cek HP Saat Bosan, Ahli Saraf Jelaskan Alasannya

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Kapan terakhir kali Anda benar-benar merasa bosan? Bukan sekadar lelah, tapi bosan tanpa distraksi. Tanpa ponsel, tanpa musik, tanpa notifikasi.

Di era serba layar seperti sekarang, kondisi itu justru semakin langka. Padahal, menurut para psikolog dan ahli saraf, rasa bosan bukan sesuatu yang harus selalu dihindari, sebaliknya, otak manusia justru membutuhkannya.

"Secara sederhana, bosan terjadi ketika tidak ada rangsangan eksternal yang bisa difokuskan otak. Dalam kondisi ini, otak tidak mati, tetapi beralih ke mode internal," ujar Kim Johnson Hatchett, MD, ahli saraf di Kansas City dikutip dari Womens Health, Kamis (18/12/2025).

Ahli saraf dari University of Tasmania, Lila Landowski menjelaskan, saat bosan, otak masuk ke default mode network (DMN). Ini adalah kondisi ketika otak berhenti memproses dunia luar dan mulai aktif pada pikiran internal seperti melamun, refleksi diri, mengingat masa lalu, hingga membayangkan masa depan.

Menurut riset yang diterbitkan di jurnal Neuron (2023), DMN paling aktif saat seseorang terjaga dalam kondisi tenang, semisal ketika berbaring santai atau diam tanpa aktivitas. Pada fase ini, hormon stres seperti adrenalin dan kortisol menurun, detak jantung melambat, dan tubuh masuk ke kondisi lebih rileks.

Namun ada efek lain, yaitu dopamin, zat kimia otak yang berkaitan dengan motivasi dan rasa senang, juga ikut turun karena tidak ada rangsangan. Inilah sebabnya rasa bosan sering membuat seseorang gelisah dan ingin segera melakukan sesuatu.

Bosan Bisa Bermanfaat, Ini Alasannya

Profesor manajemen di Harvard yang menulis di Harvard Business Review, Arthur C. Brooks mengatakan, manusia justru perlu bosan. Kondisi ini membantu menenangkan pikiran dan membuka jalan menuju hidup yang lebih bermakna.

"Ketika kita memberi ruang pada pikiran untuk tidak terus diserbu media sosial, berita, dan notifikasi, otak mendapat kesempatan untuk reset," kata Hatchett.

Sejumlah studi juga mengaitkan kebosanan dengan kreativitas. Tinjauan ilmiah di Current Opinion in Behavioral Sciences (2025) menunjukkan, melamun dan mind-wandering berperan dalam munculnya ide-ide baru. Studi lain di jurnal Creativity (2022) menemukan, orang yang diberi waktu tanpa distraksi cenderung lebih kreatif.

"Banyak ide besar justru muncul ketika seseorang berhenti memaksa otaknya bekerja," ujar Landowski. Ia bahkan berpendapat kebosanan mungkin berperan dalam lahirnya peradaban manusia.

Selain kreativitas, bosan juga membantu melatih kesadaran diri atau mindfulness. Psikolog klinis Julian Saad menjelaskan, duduk tanpa melakukan apa pun membantu seseorang lebih hadir di momen saat ini, mengenali emosi, dan mengelolanya dengan lebih sehat.

Meski punya manfaat, kebosanan tidak selalu berdampak positif bagi semua orang. Bagi individu dengan trauma, kecemasan berat, OCD, atau kecenderungan depresi, kondisi tanpa distraksi justru bisa memicu pikiran negatif berlebihan.

Psikolog Kate Cummins menilai, kebosanan yang terlalu lama bisa menyerupai anhedonia, yakni hilangnya rasa senang dalam aktivitas sehari-hari, yang sering dikaitkan dengan depresi. Jika rasa bosan berubah menjadi perasaan hampa, terputus dari kehidupan, atau menghambat langkah penting seperti bekerja, berolahraga, atau bersosialisasi, itu bisa menjadi sinyal masalah yang lebih dalam, dan dalam kondisi ini, bantuan profesional disarankan.

Berikut beberapa cara mempraktikkan kebosanan secara sehat:

- Batasi layar. Coba berkendara, berjalan kaki, atau mengerjakan pekerjaan rumah tanpa musik atau ponsel.
- Duduk diam beberapa menit. Pasang timer lima menit, duduk, pejamkan mata, dan biarkan pikiran berjalan tanpa diinterupsi.
- Amati tubuh dan pikiran. Perhatikan sensasi fisik saat bosan muncul, tanpa mencoba mengubahnya.
- Refleksi, bukan pelarian. Tanyakan pada diri sendiri, apakah rasa bosan ini karena butuh istirahat atau karena kecanduan distraksi.

(hsy/hsy)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |