Ini Ramalan Harga BBM per 1 Maret 2025: Naik, Ditahan Atau Turun?

2 weeks ago 12

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi bisa ditahan per 1 Maret 2025 jika melihat pergerakan harga minyak mentah dan nilai tukar rupiah yang saling berlawanan.

Harga minyak mentah dunia secara rata-rata jatuh pada Februari 2025 dan pada saat yang bersamaan, rupiah terpuruk. Dua kondisi yang bertolak belakang ini akan sangat menentukan harga BBM non-subsidi besok hari.

Merujuk Refinitiv, rata-rata harga minyak brent berada di angka US$ 74,97 per Februari 2025, jauh lebih rendah dibandingkan US$ 78,19 per barel pada Januari 2025.

Harga minyak WTI ada di angka US$ 71,18 per barel pada Februari 2025, lebih rendah dibandingkan US$ 75,07 per barel sepanjang Januari 2025.

Harga minyak pada Februari dalam tren pelemahan. Bila dihitung bulanan, harga minyak brent ambruk 4,47% pada Februari 2025. Pelemahan ini mengakhiri tren penguatan dalam dua bulan sebelumnya.

Harga minyak brent bahkan pernah menyentuh US$ 72 per barel pada Rbu (26/2/2025). Harga tersebut adalah yang terendah dalam dua bulan terakhir.

Harga minyak ambruk setelah sejumlah indikator ekonomi Amerika Serikat (AS) terus memburuk.

Selain itu, Trump juga meningkatkan tarif terhadap China, importir minyak terbesar di dunia. Dari sisi pasokan, ekspor minyak melalui pipa dari wilayah semi-otonom Kurdistan di Irak kemungkinan akan dimulai kembali, meskipun OPEC+ diperkirakan akan menunda rencana peningkatan produksi.

Data ekonomi AS menunjukkan indeks kepercayaan konsumen pada Februari mencatat penurunan paling tajam dalam tiga setengah tahun terakhir. Inflasi dalam 12 bulan ke depan juga diperkirakan melonjak, memicu kekhawatiran bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama. Hal ini berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi serta permintaan energi.

Sementara itu, pernyataan Presiden AS Donald Trump terkait tarif impor menambah ketidakpastian pasar. Trump menegaskan tarif baru terhadap produk Kanada dan Meksiko akan mulai berlaku pada 4 Maret 2025 sesuai jadwal. Meski kebijakan ini dapat mengurangi pasokan minyak dari kedua negara, analis menilai kebijakan proteksionisme ini justru dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi global, yang pada akhirnya menekan harga minyak lebih lanjut.

Dari Eropa, data menunjukkan ekonomi Jerman mengalami kontraksi 0,2% pada kuartal IV-2024 dibandingkan kuartal sebelumnya. Situasi ini diperburuk oleh kebijakan fiskal yang masih ketat. Kanselir terpilih Jerman, Friedrich Merz, menolak revisi cepat terhadap kebijakan pembatasan utang negara atau "debt brake" yang selama ini menjadi sorotan investor.

Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hancur lebur pada Februari 2025.
Rata-rata nilai tukar rupiah pada Februari 2025 ada di Rp 16.337/US$1. Nilai tersebut jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata pada Januari di Rp 16.233 per US$1.

Rupiah bahkan ditutup melemah 0,79% di angka Rp16.575/US$ pada hari ini, Jumat (27/02/2025) yang merupakan yang terparah sepanjang sejarah.

Secara mingguan, rupiah ambruk 1,69%. Hal ini lebih parah dibandingkan dengan performa minggu sebelumnya yang terdepresiasi 0,28%.

Rupiah terus melemah karena kebijakan tarif Presiden Trump. Dia mempertegas tabuhan genderang perang dagangnya dengan mengumumkan tarif baru terhadap Meksiko dan Kanada sebesar 25% akan mulai berlaku pada awal pekan depan.

Sementara China akan dikenakan tambahan tarif 10% pada awal pekan depan pula. Keputusan ini memperkuat kebijakan proteksionisme ekonomi yang menjadi ciri khas pemerintahannya, sekaligus menambah ketidakpastian di pasar global.

Kebijakan tarif ini sebelumnya sempat ditangguhkan pada 3 Februari untuk jangka waktu satu bulan, yang menyebabkan kebingungan tentang apakah tarif akan kembali diberlakukan atau tidak setelah periode penundaan berakhir.

Bagaimana dengan Harga BBM?

Sebagai informasi, pemerintah menentukan harga BBM berdasarkan formulasi tertentu. Dua variabel akan dipakai yakni rata-rata harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah mengingat besarnya impor.

Keputusan Menteri ESDM Nomor 19 K/10/MEM/2019 tentang Formula Harga Dasar dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak menjelaskan formula harga menggunakan rata-rata harga publikasi Mean of Platts Singapore (MOPS) dengan satuan USD/barel periode tanggal 25 pada 2 bulan sebelumnya sampai dengan tanggal 24, 1 bulan sebelumnya untuk penetapan bulan berjalan.

Merujuk Refinitiv, rata-rata harga minyak brent pada dua bulan terakhir (Februari-Januari 2025) adalah US$ 76,58 per barel. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dua bulan sebelumnya (Januari 2025-Desember 2024) ada di US$ 75,67 per barel.

Sementara itu, rata-rata harga minyak WTI pada dua bulan terakhir (Februari-Januari 2025) adalah sebesar US$73,12/barel. Harga tersebut lebih mahal dibandingkan pada dua bulan sebelumnya (Januari 2025-Desember 2024) sebesar US$72,39 per barrel.

Rata-rata Februari 2025-Januari 2025 lebih tinggi dibandingkan Januari 2025-Desember 2024 karena harga minyak yang jauh lebih mahal sepanjang Januari 2025.

Rata-rata nilai tukar rupiah pada Februari 2025 adalah Rp16.233/US$ sementara pada Januari 2025 tercatat Rp16.035/US$.

Dengan hanya melihat rata-rata harga minyak dua bulan yang lebih tinggi dan rupiah yang ambruk maka harga BBM berpeluang untuk dinaikkan per 1 Maret 2025. Namun, dengan melihat tren harga minyak yang semakin jatuh dalam sebulan terakhir maka harga BBM kemungkinan ditahan.

Sebagai catatan, pemerintah menaikkan harga BBM non-subsidi pada Agustus, menurunkannya pada September dan Oktober tetapi kembali menaikkannya pada November, Desember 2024, Januari 2025, dan Februari 2025.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(mae/mae)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |