Indonesia-Pakistan: Menjemput Kemitraan Strategis di Era Prabowo

1 hour ago 1

Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNBCIndonesia.com

Kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo Subianto ke Pakistan pada awal pekan ini membawa pesan penting mengenai arah diplomasi Indonesia. Relasi kedua negara selama beberapa dekade terakhir memang berjalan hangat, tetapi kerap berada di bawah potensi sesungguhnya. Padahal, hubungan Indonesia-Pakistan memiliki kedalaman historis yang jauh melampaui angka perdagangan hari ini.

Sejak era Konferensi Asia-Afrika, hubungan kedua bangsa dibangun di atas solidaritas negara-negara baru merdeka. Pakistan adalah salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia dan secara vokal mendukung perjuangan diplomatik Indonesia di PBB. Pada era Zulfikar Ali Bhutto, kedekatan itu bahkan tumbuh menjadi hubungan politik yang intens, termasuk dukungan Pakistan terhadap posisi Indonesia dalam dinamika regional era Perang Dingin.

Hubungan itu tetap terpelihara meski lanskap politik Pakistan berubah. Di masa Jenderal Zia ul-Haq, kerja sama pertahanan mulai mendapat bentuknya, terutama melalui pertukaran militer dan pelatihan perwira. Ketika Benazir Bhutto memimpin, Jakarta dan Islamabad memperluas dialog politik dan membuka jalur-jalur baru kerja sama ekonomi. Semua ini membuktikan bahwa hubungan kedua negara selalu menemukan relevansi, terlepas dari perubahan rezim atau orientasi politik domestik.

Kini, di tengah perubahan geopolitik global, kunjungan Prabowo membuka peluang untuk memastikan bahwa kedekatan historis ini kembali berfungsi sebagai modal strategis.

Menyelaraskan Kembali Kepentingan Ekonomi dan Pangan
Perdagangan Indonesia-Pakistan hingga kini masih berkisar US$ 2,5 miliar hingga US$ 3 miliar per tahun, angka yang belum mencerminkan kapasitas dua negara berpenduduk besar. Struktur perdagangan yang stagnan, seperti sawit, batubara, dan kimia dari Indonesia; sementara tekstil dan agrikultur dari Pakistan, menunjukkan minimnya diversifikasi kerja sama ekonomi.

Kunjungan Presiden Prabowo dapat menjadi titik balik untuk mendorong negosiasi Preferential Trade Agreement (PTA) atau bahkan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA). Langkah ini akan membuka peluang ekspansi produk bernilai tambah, sekaligus memperkuat ketahanan rantai pasok yang selama ini terlalu bergantung pada pasar konvensional.

Kerja sama pangan patut ditempatkan sebagai prioritas strategis. Pakistan memiliki kapasitas produksi beras, gandum, dan agrikultur yang besar; Indonesia memiliki kebutuhan stabilisasi harga dan penguatan pasokan jangka panjang. Integrasi rantai pasok dapat membantu mengurangi volatilitas pasar, selaras dengan visi pemerintahan Prabowo tentang swasembada modern dan penguatan cadangan strategis.

Selain itu, ekonomi digital menyediakan peluang kolaborasi baru. Pakistan merupakan salah satu pusat IT outsourcing terbesar di Asia Selatan, sementara Indonesia tengah mempercepat digitalisasi ekonomi dan pemerintahan. Pertukaran talenta, pengembangan digital services, hingga program joint incubation dapat menghasilkan manfaat konkret bagi kedua negara.

Pilar Pertahanan: Fondasi Lama, Peluang Baru
Sektor pertahanan adalah pilar paling stabil dalam hubungan Indonesia-Pakistan. Sejak 1950-an, pertukaran perwira, pelatihan, dan dialog militer sudah berlangsung rutin. Pada masa Zia ul-Haq, kerja sama pertahanan ini semakin intensif, termasuk dalam bidang pendidikan dan pertukaran pengalaman operasi.

Pakistan memiliki industri pertahanan yang berkembang dengan filosofi efisiensi dan modularitas, mulai dari jet tempur JF-17 hingga tank Al-Khalid. Di saat yang sama, Indonesia tengah memperkuat ekosistem industri alpalhankam melalui PT DI, Pindad, dan PAL. Kombinasi keduanya membuka ruang besar bagi joint research, co-development, atau produksi bersama platform tertentu.

Isu JF-17 misalnya, merupakan contoh peluang yang dapat dikaji ulang secara lebih pragmatis. Tidak semata soal pesawat tempur, tetapi soal bagaimana Indonesia dapat masuk dalam jejaring produksi dan inovasi pertahanan Pakistan, termasuk akses pasar di wilayah Timur Tengah dan Afrika.

Kerja sama di bidang operasi kemanusiaan dan disaster relief juga sangat relevan. Pakistan memiliki pengalaman besar dalam menangani banjir besar dan krisis pengungsi, sementara Indonesia terus meningkatkan kemampuan SAR dan operasi gabungan. Kolaborasi ini mendukung transformasi pertahanan Indonesia di bawah Presiden Prabowo yang menekankan pada kesiapsiagaan bencana dan misi-misi kemanusiaan.

Dari sisi geopolitik, Pakistan berada pada titik simpul pengaruh Cina, India, dan negara-negara Teluk. Ini memberi nilai strategis tersendiri bagi Indonesia yang sedang membangun peran sebagai middle power connector. Dalam isu Gaza, kedua negara berada pada garis yang sama, yakni menuntut penghentian agresi Israel dan memperjuangkan keadilan bagi Palestina. Kesamaan ini memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain diplomatik yang konsisten dan terpercaya.

Momentum untuk Babak Baru
Kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo ke Pakistan bukan sekadar simbol persahabatan dua negara Muslim besar, tetapi bagian dari arsitektur baru kebijakan luar negeri Indonesia. Di tengah ketidakpastian global, Pakistan menawarkan peluang nyata di bidang perdagangan, pangan, pertahanan, digital, dan kerja sama kemanusiaan.

Dengan langkah lanjutan yang terukur, mulai dari percepatan perjanjian dagang, kolaborasi industri pertahanan, hingga integrasi rantai pasok pangan, Indonesia dan Pakistan dapat masuk ke fase hubungan yang lebih strategis dan saling menguntungkan. Kedekatan historis dari era Bhutto hingga Benazir tidak lagi menjadi nostalgia, tetapi dihidupkan kembali sebagai modal bagi kemitraan masa depan.

Prabowo hadir di Pakistan dengan mandat memperkuat posisi Indonesia sebagai kekuatan Global South yang aktif dan relevan. Jika momentum ini dikelola dengan baik, hubungan Indonesia-Pakistan bukan hanya menemukan kembali energinya, tetapi naik kelas menjadi kemitraan yang benar-benar strategis bagi kedua bangsa.

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |