IHSG Sudah Bangkit Saatnya Rupiah Menguat

2 weeks ago 15
  • Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam di mana IHSG menguat sementara rupiah melemah
  • Mayoritas indeks Wall Street mengakhiri perdagangan di zona hijau, hanya Dow Jones yang merah
  • Inflasi PCE, peluncuran bullion bank hingga kebijakan tarif diperkirakan masih akan membayangi perdagangan pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia ditutup beragam pada perdagangan Rabu (26/2/2025) di mana bursa saham positif sementara nilai tukar rupiah masih melemah.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan bisa kompak mengakhiri perdagangan di zona hijau. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau pada perdagangan Rabu (26/2/2025), meski sempat tertekan sepanjang sesi I. IHSG ditutup naik 0,29% ke level 6.606,178 setelah sempat anjlok 0,37% ke 6.562,89 saat jeda siang.

Meski mencatat kenaikan tipis, tekanan di pasar masih terasa. Sebanyak 238 saham naik, sementara 359 saham melemah dan 193 stagnan. Volume transaksi mencapai 19,1 miliar degan nilai transaksi sebesar Rp 10,9 triliun.

Di sisi lain, investor asing terus membukukan aksi jual besar-besaran. Dalam tiga hari terakhir, asing terus mencatatkan net sell asing  yakni Rp3,47 triliun pada Senin (24/2), sebesar Rp1,6 triliun pada Selasa (25/2) dan sebesar Rp 323,56 miliar pada Rabu kemarin. Tekanan jual ini menandakan masih adanya kekhawatiran terhadap pasar Indonesia.

Rupiah Kian Tertekan, Dolar AS Kembali Menguat

Dari pasar mata uang, rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah ketidakpastian global. Berdasarkan data Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,15% ke level Rp16.365/US$ pada Rabu (26/2/2025), posisi terlemah sejak 11 Februari 2025.

Indeks dolar AS (DXY) juga menguat 0,15% ke level 106,48, menambah tekanan bagi mata uang emerging markets, termasuk rupiah. Sentimen negatif semakin bertambah setelah Presiden AS Donald Trump menegaskan bahwa tarif impor terhadap Meksiko dan Kanada akan tetap diberlakukan mulai 4 Maret, setelah sebelumnya sempat ditunda.

Selain itu, pelaku pasar juga menantikan rilis data ekonomi AS pekan ini, termasuk estimasi kedua pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2024 serta indeks harga PCE Januari, yang merupakan acuan inflasi utama The Fed. Data ini akan menjadi indikator utama bagi pasar untuk menentukan arah kebijakan suku bunga The Fed ke depan.

Dengan ketidakpastian global yang masih tinggi dan arus modal asing yang terus keluar dari pasar Indonesia, investor perlu mencermati pergerakan pasar lebih lanjut guna mengantisipasi potensi risiko yang lebih besar.

Selanjutnya, ke pasar surat utang kemarin di mana yield SBN tenor 10 tahun terpantau melandai ke 6,85% kemarin, dari 6,86% pada hari sebelumnya.

Sebagai catatan, pergerakan yield pada surat utang itu berlawanan arah dengan harga. Maka, dengan melandainya yield ini menunjukkan bahwa harga sedang naik karena banyak dibeli investor.

Pages

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |