Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok mendekati 3% pada perdagangan sesi I hari ini, Jumat (28/2/2025).
IHSG pada istirahat makan siang hari ini ditutup turun 2,86% ke level 6.300,14. Sebanyak 541 saham turun, 79 naik, dan 158 tidak berubah.
Nilai transaksi terbilang tinggi, mencapai Rp 7,42 triliun yang melibatkan 9,2 miliar saham dalam 690.178 kali transaksi.
IHSG anjlok seiring dengan kaburnya dana asing dari pasar modal RI. Sepanjang tahun berjalan, net foreign sell telah mencapai Rp 18,98 triliun di seluruh pasar.
Mengutip Refinitiv, seluruh sektor berada di zona merah pada sesi I hari ini. Sektor bahan baku turun 3,42%, finansial turun 2,72%, konsumer primer -2,37%, teknologi -2,37%, industri 2,35%, energi -1,92%, konsumer nonprimer -1,75%, properti -1,63%, kesehatan -1,53%, dan utilitas -1,01%.
Sementara itu, BBRI menjadi saham pemberat utama hari ini. BBRI turun 6,61% dan berkontribusi -36,88 indeks poin. Lalu saham TLKM yang turun 4,02% berkontribusi -11,57 indeks poin.
Selengkapnya berikut 10 pemberat utama IHSG sesi I hari ini, Rabu (28/2/2025):
- BBRI: -36,88 indeks poin
- TLKM: -11,57 indeks poin
- BBNI: -11,35 indeks poin
- AMMN: -9,61 indeks poin
- BMRI: -8,04 indeks poin
- ASII: -6,77 indeks poin
- GOTO: -6,58 indeks poin
- DSSA: -5,26 indeks poin
- INDF: -4,69 indeks poin
- TPIA: -4,57 indeks poin
Menurut analisis MNCS Daily Scope Wave hari ini, Jumat, (28/2/2025), koreksi dari IHSG pun sudah menembus area support di Rp6.500, dengan demikian diperkirakan koreksi IHSG masih rawan berlanjut untuk menguji rentang area Rp6,269-Rp6,399.
Melihat hal ini, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, investor harus lebih selektif dalam memilih saham. Adapun setelah kejadian ini, area support IHSG akan berada di Rp6.356 dan resist di 6.456.
"Investor dapat cenderung selektif dalam pemilihan sahamnya dan dapat mencermati perkembangan secara makro dan beberapa emiten yg sdg rilis kinerja Full Year (FY) 2024-nya," ungkap Herditya kepada CNBC Indonesia.
Di sisi lain, Analis saham Alfred Nainggolan mengatakan, sentimen koreksi bursa global menjadi sentimen pengoreksi bursa IHSG. Selain itu, aksi jual asing yang masif yang terus berlangsung membuat tekanan jual semakin kuat (Herding Behavior).
"Minimnya sentimen domestik , bahkan pemberitaan mega korupsi, "trust" Danantara, Downgrade, hingga laporan kinerja bigbank di awal 2025 yg rendah ikut menekan IHSG. Stabilitas domestik (Ekonomi dan Politik) sedang terganggu, ditambah kondisi eksternal yang berat (Trump, Inflasi, The FED) Rupiah tidak punya tenaga untuk tidak terdepresiasi," jelas Afred.
Meski di tengah beberapa sentimen negatif tersebut, Alfred berpesan pada investor jangka panjang untuk bisa melihat momentum ini sebagai potensi untuk membeli saham di harga murah. Ia pun membidik rentang support IHSG berikutnya di angka Rp6.260.
"Investor (Periode investasi panjang) tentu dengan penurunan harga saham yg lebih besar dari penurunan kinerja membuat valuasi sahamnya semakin murah, bisa menjadi momentum untuk akumulasi (cicil) beli," tuturnya.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rupiah Semringah Saat IHSG Terperosok ke Level 6.500-an
Next Article IHSG Dibuka Merah, Balik Lagi ke Level 7.400-an