IHSG Sesi 1 Naik Tipis ke 8.768, Saham Bank Raksasa Ngamuk

11 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,96 poin atau naik tipis 0,01% ke level 8.678,31 pada penutupan perdagangan sesi pertama ini, Kamis (18/12/2025).

Sebanyak 294 saham naik, 364 turun, dan 141 tidak bergerak. Nilai transaksi hingga jeda makan siang hari ini mencapai Rp 10,35 triliun, melibatkan 20,35 miliar saham dalam 1,66 juta kali transaksi.

Meski IHSG menguat, mayoritas sektor perdagangan terkoreksi hari ini dengan koreksi paling dalam dicatatkan oleh utlitas, konsumer non-primer dan properti. Sementara itu sektor finansial tercatat menjadi penopang kinerja IHSG dengan penguatan 1,47%.

Secara spesifik, saham perbankan raksasa menjadi motor penggerak IHSG tatkala saham-saham konglomerat ramai-ramai bergerak di zona merah hari ini.

Saham Bank Central Asia (BBCA) naik 2,49% ke Rp 8.225 per saham dan berkontribusi atas penguatan 18,87 indeks poin. Bank Rakyat Indonesia (BBRI) melesat 1,87% ke Rp 3.820 per saham dengan kontribusi 11,52 indeks poin. Bank Mandiri (BMRI) lompat 2,49% ke Rp 5.150 per saham dengan sumbangsih 10,41 indeks poin. Adapun saham Bank Negara Indonesia (BBNI) yang menguat 1,14% ke Rp 4.420 per saham dengan sumbangan penguatan 1,71 indeks poin.

Adapun saham-saham konglomerat tercatat menjadi beban IHSG hari ini dengan kontribusi pelemahan terhadap indeks terbesar disumbang oleh saham BREN dan AMMN.

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen yang bergerak pada hari ini. Sentimen terbesar akan datang dari Inflasi AS yang akan diumumkan pada Kamis malam ini.

Dari dalam negeri, sentimen akan datang dari keputusan BI dan konferensi pers APBN KiTa yang digelar sore hari ini atau beberapa jam sebelum pengumuman inflasi AS.

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia bulan Desember 2025 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 4,75%.

Keputusan ini diambil sebagai langkah antisipatif (pre-emptive) dan berwawasan ke depan (forward looking) untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 1,5-3,5% pada tahun 2025 dan 2026.

Selain itu, kebijakan ini menegaskan fokus BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

Langkah ini menunjukkan sikap hati-hati otoritas moneter. Meskipun ada ruang untuk pelonggaran seiring melandainya inflasi domestik, BI memilih pendekatan pro-stability untuk menjaga daya tarik aset keuangan domestik agar tidak terjadi arus keluar modal (capital outflow).

BI menegaskan akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter sambil tetap mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui kebijakan makroprudensial yang longgar.

Dalam perkembangan terpisah, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil langkah proaktif dengan melakukan lobi tingkat tinggi ke penyedia indeks global, MSCI. Direktur Utama BEI terbang langsung ke New York untuk bernegosiasi terkait aturan free float yang dinilai merugikan emiten Indonesia.

Bursa menekankan bahwa definisi free float di Indonesia sebenarnya lebih ketat (batas kepemilikan 5%) dibandingkan standar bursa lain (10%), sehingga penerapan aturan MSCI dirasa tidak adil jika memukul bobot saham-saham big cap Indonesia.

BEI juga mendesak MSCI agar metodologi yang diterapkan bersifat universal dan non-diskriminatif. Langkah diplomasi ini sangat krusial untuk mencegah potensi keluarnya dana asing (outflow) yang bisa menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |