IHSG Sesi 1 Ditutup Turun 0,37%, Balik Arah Setelah ATH

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tiba-tiba berbalik arah. Pagi tadi indeks dibuka naik 0,37%, lalu berakhir turun 38,72 poin atau 0,44% ke level 8.671,97. 

Sebanyak 429 saham turun, 251 naik, dan 277 tidak bergerak. Nilai transaksi hingga siang ini mencapai Rp 14,37 triliun, melibatkan 31,71 miliar saham dalam 1,88 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun mengalami koreksi menjadi Rp 15.941 triliun.

Mengutip Refinitiv, nyaris seluruh sektor berada di zona merah. Utilitas, kesehatan, bahan baku, dan properti, masing-masing merosot 1,92%, 1,14%, 1,07%, dan 1%. 

Dua emiten grup Bakrie, Bumi Resources (BUMI) dan Dharma Henwa (DEWA) kembali menjadi saham dengan nilai transaksi tertinggi. BUMI mencatat total transaksi Rp 4,23 triliun, naik 7,94% dan DEWA Rp 2,63 triliun, naik 9,17%.

Lalu saham terafiliasi Haji Isam juga kompak melesat pada perdagangan hari ini, setelah kemarin kompak menyentuh batas auto rejection atas (ARA).

Fast Food Indonesia (FAST) naik 11,38%, Pradiksi Gunatama (PGUN) 6,42%, Jhonlin Agro Raya (JARR) 4,9%, dan Dana Brata Luhur (TEBE) 5,2%.

Sementara itu, saham yang menjadi pemberat utama IHSG adalah Bank Central Asia (BBCA) yang menyeret IHSG ke bawah sebesar -14,18 indeks poin. Emiten bank milik grup Djarum ini tertekan 1,81% dan kembali ke level 8.150. 

Kemudian emiten milik Prajogo Pangestu, Barito Renewables Energy (BREN) juga tercatat menjadi pemberat dengan bobot -8,20 indeks poin. Kemudian diikuti oleh Astra (ASII) -7,51 indeks poin dan Telkom (TLKM) -6,61 indeks poin. 

Adapun pelaku pasar akan mencermati sejumlah sentimen hari ini, baik dari dalam ataupun luar negeri. Sentimen terbesar akan datang dari rapat The Fed yang mulai digelar hari ini waktu AS atau besok dini hari waktu Indonesia.

The Fed akan menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mulai hari ini dan berakhir besok, Selasa dan Rabu waktu AS.

Pertemuan The Fed bulan ini menjadi salah satu agenda paling krusial. Pasar ingin memastikan apakah era Quantitative Tightening (QT) benar-benar berakhir, terutama setelah Ketua The Fed sebelumnya menyebut bahwa cadangan perbankan sudah lebih longgar.

Ekspektasi pemangkasan suku bunga terus menguat. Berdasarkan CME FedWatch per 6 Desember 2025, peluang penurunan suku bunga pada Desember nyaris mencapai 86,2%. Tingkat optimisme sebesar ini menunjukkan pasar semakin percaya inflasi AS telah terkendali.

Dari dalam negeri Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan, ketentuan baru penempatan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA) yang hanya wajib di rekening khusus alias reksus bank-bank Himbara tak akan membuat likuiditas dolar di bank swasta menjadi kering.

Menurutnya, justru penguatan kebijakan penempatan DHE SDA itu akan membuat likuiditas dolar di sistem keuangan domestik menjadi lebih stabil, karena pengawasan penempatan DHE SDA 100% selama 12 bulan di dalam negeri menjadi lebih mudah diawasi, dengan pembatasan konversi yang menjadi hanya 50% dari total DHE SDA yang ditempatkan di reksus Himbara.

(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |