Ibu Kota 'Party' Terancam Krisis, Ramai-Ramai Klub Dugem Gulung Tikar

3 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Berlin, yang lama diagung-agungkan sebagai salah satu ibu kota party terbesar di dunia, kini tengah berjuang mati-matian untuk menjaga kelangsungan hidup klub-klub techno terkenalnya. Kenaikan harga properti, pergeseran selera, dan inflasi yang melambung telah memicu fenomena yang dijuluki "kematian klub" (club death).

Klub-klub yang selama ini menjadi daya tarik utama turis internasional kini menghadapi tekanan finansial yang parah. Asosiasi yang mewakili klub-klub Berlin, Clubcommission, tahun lalu menyuarakan kekhawatiran bahwa 46% anggotanya mempertimbangkan untuk tutup dalam waktu 12 bulan ke depan. 

"Sejak tahun 2024 dan seterusnya kami benar-benar merasakan penurunan keuntungan," kata Direktur Klub SchwuZ, Katja Jaeger, yang mengatakan klub kekurangan  dana sekitar 50.000 euro (Rp 800 juta) per bulan, dikutip AFP, Kamis (16/10/2025).

SchwuZ sendiri dipaksa mengajukan kebangkrutan pada bulan Juli. Jaeger mengatakan ada perubahan jelas pada perilaku pengunjung, yang ikut mendorong kebangkrutan.

"Orang-orang tidak akan minum tiga atau empat minuman, mungkin hanya satu," katanya.

Tekanan bisnis ini pada gilirannya memaksa banyak tempat menaikkan harga tiket masuk dan minuman. Ini menciptakan lingkaran setan di mana banyak anak muda dan veteran kancah merasa terpinggirkan karena harga.

Memang klub paling terkenal di sana, yakni Berghain masih bertahan. Namun klub Watergate, misalnya, tutup tahun lalu.

Pengunjung Inggris, Oscar Lister, mengungkapkan kesedihannya bahwa kunjungannya ke klub Renate mungkin menjadi yang terakhir. Warga Berlin, Maike Schoeneberg, juga merasakan dampak dari penutupan ini.

"Semua klub yang saya kenal ketika saya beranjak dewasa telah tutup. Budaya klub di Berlin sepertinya akan hancur berkeping-keping," katanya.

Namun, di tengah krisis, Clubcommission melihat adanya tanda-tanda ketahanan dan inovasi. Direktur Clubcommission, Katharin Ahrend, menekankan bahwa situasinya tidak sepenuhnya suram.

"Proyek-proyek baru bermunculan, tempat-tempat baru dibuka, meskipun jumlahnya tidak banyak," kata Ahrend.

Respons serupa terhadap krisis dapat terlihat di sebuah festival yang diselenggarakan oleh Clubcommission yang berakhir pada hari Minggu. Selain pameran dan pertunjukan, ada juga yang festival yang bertema budaya.

Salah satunya adalah Maaya. Ini menjadi pusat kebudayaan baru yang terinspirasi oleh Afrika dan diasporanya.

"Dengan malam musik, kolam renang, makanan, dan acara budaya lainnya, Maaya telah meraih kesuksesan besar sejak diluncurkan tahun lalu," kata salah satu pendirinya, Aziz Sarr.


(tps/șef)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Potret Warga Israel Party di Shelter Bawah Tanah saat Dibom Iran

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |