Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa teknologi berlomba-lomba membangun infrastruktur data center untuk mengembangkan teknologi kecerdasan buatan (AI). Beberapa saat lalu, Citigroup memperkirakan total belanja infrastruktur AI global akan menembus US$2,8 triliun atau sekitar Rp46.000 triliun hingga 2029, naik dari proyeksi sebelumnya US$2,3 triliun.
Bisa dibilang, infrastruktur data center AI menjadi 'harta karun' baru yang jadi incaran dunia. Di tengah popularitasnya yang kian membludak, ada beberapa pihak yang diuntungkan.
Salah satunya Korea Selatan (Korsel) sebagai salah satu pemasok chip canggih untuk data center. Reuters melaporkan ekspor Korsel melonjak pada November 2025 untuk enam bulan berturut-turut, di atas ekspektasi pasar.
Korsel mencatat pertumbuhan ekspor 8,4% dari periode yang sama tahun lalu menjadi US$61,04 miliar, dikutip dari Reuters, Selasa (2/12/2025).
Ekspor chip secara khusus meningkat 38,5%, mencatat rekor bulanan tertinggi senilai US$17,26 miliar. Kuatnya permintaan untuk chip canggih yang digunakan pada data center turut memicu peningkatan harga chip memori secara signifikan.
Ekspor otomotif melonjak 13,7% karena ketidakpastian tarif AS mereda setelah Korsel menyelesaikan kesepakatan dagang dengan AS pada November, setelah berbulan-bulan negosiasi.
Namun, pengiriman ke AS turun 0,2%, karena produk baja, mesin, dan suku cadang mobil turun akibat dampak tarif. Pengiriman ke China naik 6,9%, sementara pengiriman ke negara-negara Asia Tenggara naik 6,3%. Pengiriman ke Uni Eropa turun 1,9%.
Bank of Korea pekan lalu mengisyaratkan bahwa siklus pelonggaran moneternya hampir berakhir karena mereka menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun depan berkat ekspor chip yang kuat.
Perekonomian yang bergantung pada perdagangan ini tumbuh pada Q3 2025 dengan laju terkuat dalam 1,5 tahun, karena ekspor tetap kuat berkat permintaan teknologi, yang mengimbangi hambatan tarif AS.
Impor naik 1,2% menjadi US$51,30 miliar pada November 2025, setelah turun 1,5% pada Oktober 2025. Angka ini lebih rendah dari perkiraan para ekonom sebesar 3,4%.
Neraca perdagangan bulanan mencatat surplus sebesar US$9,7 miliar, dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar US$6 miliar dan merupakan yang terbesar sejak September 2017.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]

1 hour ago
1
















































