Harga Batu Bara Akhirnya Turun Setelah Terbang 6 Hari

23 hours ago 5

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara akhirnya kembali mengalami pelemahan setelah menanjak selama enam hari beruntun. Pelemahan disebabkan oleh aksi profit taking dan keputusan Eropa yang mendiversifikasi pasokan energinya dengan energi terbarukan lebih besar.

Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara pada 11 Maret 2025 tercatat sebesar US$110,75/ton atau turun 1,2% apabila dibandingkan penutupan perdagangan 10 Maret 2025 yang sebesar US$112,1/ton.

Pelemahan harga batu bara ini memutus tren penguatan yang telah terjadi selama enam hari beruntun.

Dikutip dari Reuters, Eropa kini mencoba menghindari energi dari Rusia jika sanksi dilonggarkan.

Pembeli Eropa kemungkinan tidak akan kembali ke sektor energi Rusia meskipun sanksi dicabut, karena blok tersebut telah mendiversifikasi pasokan energinya dengan energi terbarukan dan pemasok gas alternatif, menurut para menteri dan eksekutif dalam sebuah konferensi di Houston.

Ukraina telah menyetujui proposal AS untuk gencatan senjata segera selama 30 hari dan mengambil langkah menuju perdamaian yang berkelanjutan setelah invasi Rusia, menurut pernyataan bersama AS-Ukraina pada Selasa.

Pemerintah AS sedang mempelajari cara-cara untuk meredakan sanksi terhadap sektor energi Rusia sebagai bagian dari rencana luas yang memungkinkan Washington memberikan keringanan cepat jika Moskow setuju untuk mengakhiri perang di Ukraina, lapor Reuters pekan lalu.

"Apakah kita benar-benar ingin bergantung pada energi dari agresor seperti Rusia? Tentu saja tidak," kata Komisaris Energi Uni Eropa (UE) Dan Jorgensen dalam diskusi panel pada konferensi tersebut, Senin.

Saat ini, blok tersebut menerima 13% gas alamnya dari Rusia, turun dari 45% pada Februari 2022, berkat penerapan cepat energi terbarukan, tambah Jorgensen.

Komisi Eropa mengajukan Rencana Aksi bulan lalu yang akan mempercepat izin proyek energi terbarukan, mengubah cara tarif energi ditetapkan, serta meningkatkan dukungan negara untuk industri ramah lingkungan dan pembangkit listrik yang lebih fleksibel.

"Kami ingin mandiri dari bahan bakar fosil, terutama dari negara-negara seperti Rusia, demi keamanan kami," kata Jorgensen mengenai rencana tersebut.

Pembangkit listrik tenaga surya menyumbang 11% dari bauran listrik UE pada 2024, naik dari 9,3% pada 2023, melampaui batu bara, menurut lembaga pemikir energi Ember. Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara turun menjadi kurang dari 10% untuk pertama kalinya sejak Ember mulai mengumpulkan data tersebut pada 2011, menurut data Januari.

Pembangkit listrik berbahan bakar gas turun menjadi 15,7% dari 16,9% pada 2023, menurut Ember.

"Kata kunci saya dalam keamanan energi adalah diversifikasi," kata Fatih Birol, direktur eksekutif Badan Energi Internasional yang berbasis di Paris, dalam panel CERAWeek bersama Jorgensen.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |