Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham di kawasan Eropa dan Asia sudah mulai rebound, kecuali Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah mulai pulih setelah koreksi tajam beberapa hari silam.
Dari bursa saham di kawasan Eropa mayoritas bergerak hijau. Indeks GB100 (FTSE 100) dari Inggris mencatat kenaikan signifikan sebesar 1,30% setelah meningkat 100 poin ke level 7802.
Di Jerman, indeks DE40 (DAX) juga mencatat penguatan yang solid, naik 196 poin atau 0,99% ke level 19.986. Dari Prancis, indeks FR40 (CAC 40) mengalami kenaikan moderat sebesar 0,61%,
Sebaliknya, Italia menjadi satu-satunya pasar utama yang mencatat penurunan, dengan indeks IT40 (FTSE MIB) melemah sebesar 0,97% atau turun 320 poin ke level 32534.
Sementara itu, indeks lainnya di Eropa, seperti ES35 (IBEX 35) Spanyol dan NL25 (AEX) Belanda, mencatat kenaikan tipis. IBEX 35 hanya naik 0,02%, sedangkan AEX mencatat kenaikan lebih kuat sebesar 1,33%. Sementara di Swiss, CH20 (SMI) naik 1,19%
Seiring dengan itu, mayoritas indeks di pasar saham awasan Asia juga ikut rebound pada perdagangan hari ini. Indeks JP225 (Nikkei Jepang) menjadi sorotan utama dengan lonjakan paling tinggi sebesar 5.87%,
Selain itu, pasar saham di Tiongkok juga menunjukkan penguatan, dengan indeks Shanghai, CSI 300, dan SHANGHAI 50 masing-masing naik di atas 1.5%.
Beberapa bergerak stabil, seperti DSE Broad (Bangladesh) hanya naik tipis 0.01%, dan ADX General (UEA) tidak berubah sama sekali. Kenaikan moderat juga terlihat pada indeks KASE (Kazakhstan) dan FKLCI (Malaysia) yang masing-masing naik 0.08% dan 0.11%.
Sementara untuk IHSG mengalami penurunan paling dalam lebih dari 8%.
Seperti diketahui, pemimpin negara AS, Donald Trump, pada Senin mengancam tarif tambahan 50% pada China jika Beijing tidak mencabut bea masuknya pada impor produk asal AS.
Trump tetap berpegang pada strategi tarif global yang agresif selama akhir pekan, dengan tarif 10% sepihak yang mulai berlaku pada Sabtu lalu.
Mengutip CNBC Internasional, analis profil perusahaan di perusahaan data dan analisis GlobalData, Murthy Grandhi, menyebut Wall Street telah mengharapkan tanda-tanda kemajuan dalam negosiasi antara AS dan negara-negara lain, dengan tarif 'resiprokal' yang akan dimulai pada 9 April 2025.
"Ekuitas Asia mengalami kekalahan terburuk dalam beberapa tahun terakhir, jatuh ke posisi terendah dalam beberapa tahun dalam satu hari yang ditandai dengan kepanikan dan ketidakpastian," ujarnya.
Menurutnya, nasib ekonomi ke depan akan bergantung pada kejelasan kebijakan dan keterlibatan diplomatik. "Kekhawatiran perang dagang yang baru telah menghidupkan kembali kekhawatiran perlambatan ekonomi global, menghancurkan kepercayaan investor yang sudah rapuh," sebutnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)