Gegara Takut, Soeharto Pisahkan Makna Kata Buruh dan Karyawan

23 hours ago 4

Jakarta, CNBC Indonesia - Banyak orang mengira buruh dan karyawan itu berbeda. Buruh identik dengan pekerja kasar atau mereka yang bekerja di sektor industri dan memakai helm konstruksi. Sementara karyawan punya citra lebih netral. Karyawan sering dianggap lebih cocok melekat ke orang-orang yang kerja di perkantoran dan gedung-gedung tinggi nan tinggi di pusat kota.

Padahal dari segi hukum UU No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan sudah jelas mendefinisikan buruh, yakni "setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain." (pasal 1). Dengan demikian, siapapun yang tidak memiliki kapital atau modal dan masih menerima upah atau gaji, entah para pegawai di sentra bisnis SCBD, pekerja yang menenteng botol minum mahal, pekerja media termasuk yang mengurusi artikel ini, dan sebagainya, jelas dikategorikan sebagai buruh.

Garis pemisah antara buruh dan karyawan bukan tercipta begitu saja dari pola pikir masyarakat, tetapi diatur oleh pemerintah ketika rezim Soeharto berkuasa. 

Dalam sejarah, kata "Buruh" memang sudah lebih dulu dikenal masyarakat. Pada masa kolonial, buruh adalah kata ganti untuk menyebut kelompok kerja. Ini muncul ketika Hindia Belanda memasuki era Cultuurstelsel (1830) dan industrialisasi tahun 1870. Dari sini, para pemilik perkebunan atau pabrik memperkerjakan para pribumi. Akibat bekerja di lapangan dan di area bising pabrik, keidentikan buruh sebagai pekerja kasar tercipta.

Sejarawan John Ingleson dalam Perkotaan, Masalah Sosial, dan Perburuhan Di Jawa Masa Kolonial (2013) menyebut, buruh selalu hidup sengsara. Mereka digaji rendah dan cenderung dimanfaatkan oleh para pemilik modal. Makanya, para buruh sering melakukan konsolidasi pergerakan hingga membuat pemerintah kolonial dan para pengusaha resah. 

Seiring waktu, kata "Buruh" juga dipakai di era kemerdekaan. Ketika Presiden Soekarno berkuasa isu buruh jadi perhatian serius. Salah satu yang cukup aktif mengadvokasi adalah SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia). SOBSI merupakan organisasi sayap Partai Komunis Indonesia (PKI). 

Singkat cerita, perubahan rezim dari Soekarno ke Soeharto, yang juga mengubah haluan politik Indonesia, memunculkan kata atau istilah baru, yakni "karyawan". "Karyawan" berasal dari kata "karya" (kerja) dan "wan" (orang).

Kemunculan "Karyawan" disebabkan oleh ketakutan Soeharto atas kata "Buruh". Bagi Soeharto, buruh identik dengan kelompok komunis. Sebab, di era pendahulunya, buruh diadvokasi oleh PKI, partai yang sangat dilarang di Indonesia sejak 1966. 

"Pada tahun-tahun berdarah itu (1965-1966), perayaan hari buruh selalu didominasi oleh SOBSI/PKI," ujar Menteri Perburuhan era Soeharto, Awaloeddin Djamindalam autobiografinya Pengalaman Seorang Perwira Polri: Awaloeddin Djamin (1995).

Dari sini, kemudian istilah "Karyawan" mulai populer di Indonesia sampai sekarang. Istilah ini muncul untuk menyebut para pekerja secara umum, tetapi menjadi pemisahan dari buruh.

Perlahan, ketakutan terhadap komunisme tak hanya berdampak pada kemunculan istilah "Karyawan", tetapi juga ke ruang gerak para buruh. Para buruh tak bisa merayakan Hari Buruh Internasional tiap tanggal 1 Mei yang sebelumnya jadi rutinitas tahunan. Mereka juga tak bebas berorganisasi, apalagi menggelar aksi ke jalanan. 

Para buruh baru bisa menghirup udara bebas ketika Soeharto turun dari kekuasaan pada Mei 1998. Setahun kemudian, mereka kembali turun ke jalan pada tanggal 1 Mei dan jadi rutinitas tahunan di tahun-tahun berikutnya.

Akan tetapi, itu semua tak mengubah perbedaan antara karyawan dan buruh. Dua istilah tersebut sudah terlanjur terpisah, padahal keduanya sama. 


(mfa/mfa)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Lirik Prospek Bisnis Produk Perawatan Rambut Lokal Go Global

Next Article Petani di Jawa Bangun Jembatan Buat Warga Usai Menang Judi Rp50 M

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |