Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang dunia babak belur pekan ini setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan kebijakan tarif ke Kanada dan Meksiko.
Dilansir dari Refinitiv, hanya pounds British, euro, dan dolar Australia yang masih mampu bertahan dari hadangan tekanan eksternal Amerika. Selebihnya, babak belur.
Mata uang real dari Brasil menjadi salah satu yang paling menderita disusul dengan rand Afrika Selatan.
Di Asia, pelemahan terdalam dialami bhat Thailand, won Korea, dan rupiah Indonesia.
Trump mempertegas tabuhan genderang perang dagangnya dengan mengumumkan tarif baru terhadap Meksiko dan Kanada sebesar 25% akan mulai berlaku pada awal pekan depan.
Sementara China akan dikenakan tambahan tarif 10% pada awal pekan depan pula. Keputusan ini memperkuat kebijakan proteksionisme ekonomi yang menjadi ciri khas pemerintahannya, sekaligus menambah ketidakpastian di pasar global.
Kebijakan tarif ini langsung membuat ketidakpastian pasar meningkat sehingga investor menjual investasi non-denominasi dolar.
Sebaliknya, dolar AS menjadi buruan dan membuat indeks dolar terbang ke 107,6 atau posisi tertingginya sejak 11 Februari 2025.
Kebijakan tarif ini sebelumnya sempat ditangguhkan pada 3 Februari untuk jangka waktu satu bulan, yang menyebabkan kebingungan tentang apakah tarif akan kembali diberlakukan atau tidak setelah periode penundaan berakhir.Dalam sebuah unggahan di Truth Social pada Kamis (27/2/2025), Trump memastikan bahwa tarif tersebut akan berjalan sesuai jadwal.
Dalam pernyataannya, Trump mengklaim bahwa perdagangan narkotika ilegal dari Meksiko dan Kanada ke AS masih berada pada tingkat yang sangat tinggi dan tidak dapat diterima, meskipun kedua negara telah berjanji untuk meningkatkan pengawasan di perbatasan mereka.
"Kami tidak bisa membiarkan ancaman ini terus merusak AS. Oleh karena itu, hingga masalah ini berhenti atau setidaknya sangat dibatasi, tarif yang dijadwalkan untuk diberlakukan pada 4 Maret akan tetap berlaku, seperti yang telah dijadwalkan sebelumnya," tulis Trump, sebagaimana dikutip dari CNBC International.
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]
(mae/mae)