Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan penyebab gejolak nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terjadi beberapa waktu terakhir.
Per hari ini saja, rupiah masih mencatatkan pelemahan terhadap dolar AS. Berdasarkan data Refinitiv, nilai tukar rupiah harus mengakui kekuatan dolar AS dengan terdepresiasi sebesar 0,15% atau turun ke posisi Rp16.650/US$. Hal ini sekaligus menjadi level penutupan rupiah paling lemah sejak 30 September 2025.
Perry mengatakan, hingga akhir Kuartal III-2025, kurs rupiah memang masih mengalami pelemahan. Dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global yang masing tinggi.
"Akhir kuartal III-2025 sempat melemah 1,05% dari level Agustus, sejalan dengan ketidakpastian global yang meningkat tinggi," kata Perry saat konferensi pers hasil rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Senin (3/11/2025).
Meski begitu, Perry menegaskan, tren kurs rupiah sebetulnya masih terus dalam posisi penguatan ke depannya. Ditopang oleh faktor fundamental ekonomi Indonesia dan berbagai langkah kebijakan stabilitas oleh BI.
"Waktu itu dengan kebijakan-kebijakan dan komitmen BI, rupiah menguat pada 31 Oktober 2025 yang tercatat 16.630/US$ atau menguat 0,21% dibandingkan level akhir September 2025," paparnya.
Perry menegaskan, kebijakan kewajiban penempatan devisa hasil ekspor atau DHE SDA juga masih menjadi faktor utama penguat pergerakan nilai tukar rupiah, karena mampu memenuhi pasokan dolar hasil ekspor di dalam negeri.
(arj/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Awas! Kurs Rupiah Tertekan Tak Cuma Efek Konflik Israel-Iran

7 hours ago
4

















































