
Ukuran Font
Kecil Besar
14px
MEDAN (Waspada): Forum Diskusi dan Kajian Antropologi menggelar diskusi “Menulis Etnografi” di Sejiwa Café, Rabu (23/7). Diskusi ini menekankan pentingnya etnografi sebagai roh antropologi dan merespon kekhawatiran terhadap posisi antropologi dalam lanskap keilmuan kontemporer.
Narasumber Rosramadhana menegaskan etnografi bukan sekadar pencatatan, melainkan proses penghayatan, penafsiran, dan penulisan narasi dengan empati dan ketelitian ilmiah. “Etnografi bukan sekadar mencatat kehidupan orang lain, tapi menghayati, menafsirkan, dan menarasikannya dengan empati dan ketelitian ilmiah,” ujarnya.
Scroll Untuk Lanjut Membaca
IKLAN
Diskusi juga menyoroti perlunya mahasiswa diberikan kesempatan membaca karya etnografi dan penguatan desain etnografi masa kini yang menghasilkan deskripsi kaya informasi. Daud, salah seorang peserta diskusi menyarankan pendekatan pembelajaran berbasis produk di perguruan tinggi agar mahasiswa menghasilkan karya nyata.
Sedangkan peserta lainnya, Edy, menambahkan kemampuan menulis etnografi sebagai ciri khas antropologi. “Deskripsi tebal (thick description) sebagai salah satu ciri khas dari penulisan etnografi tidak hanya ditunjukkan oleh ketebalan halaman buku atau tulisan yang dihasilkan tapi juga terkait dengan detail dan keterkaitan serta kedalaman informasi yang disajikan,” jelasnya.
Diskusi mendorong peserta berani menyuarakan pendapat dan meninggalkan ego demi kemajuan keilmuan. Rosramadhana, selaku narasumber dan koordinator forum, menyebut diskusi ini sebagai momentum merumuskan strategi penguatan antropologi melalui penulisan etnografi—langkah yang ilmiah, humanis, dan transformatif.(ka***)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.