Dihajar Tarif Dagang Trump, Begini Respons Tak Terduga China

22 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan tarif impor terbaru era Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat banyak pihak khawatir akan berdampak pada krisis ekonomi global. Bahkan, kekhawatiran sudah mulai terlihat dari pasar global yang mulai berjatuhan.

Pasar saham, kripto, mata uang, dan komoditas pun berjatuhan dalam beberapa hari setelah diumumkannya kebijakan tarif terbaru oleh Trump pada Rabu (2/4/2025) lalu.

China, salah satu negara yang terdampak dari kebijakan tarif ini, pun dengan tegas menolak penerapan kebijakan tersebut.

China mengatakan "pasar telah berbicara" dalam menolak tarif Presiden Trump dan menyerukan Washington untuk "konsultasi yang setara" setelah pasar global anjlok sebagai reaksi terhadap pungutan perdagangan yang memicu pembalasan China.

Kantor berita milik pemerintah China, Xinhua, juga menerbitkan sikap pemerintah China, yang mengatakan AS harus "berhenti menggunakan tarif sebagai senjata untuk menekan ekonomi dan perdagangan China".

"Pasar telah berbicara," kata Guo Jiakun, juru bicara Kementerian Luar Negeri China dalam sebuah posting di Facebook pada Sabtu (5/4/2025), seperti dilansir dari Reuters.

Ia juga mengunggah gambar yang menunjukkan penurunan pasar AS sehari sebelumnya.

Trump memberlakukan tarif tambahan sebesar 34% pada barang-barang China sebagai bagian dari pungutan tinggi yang dikenakan pada sebagian besar mitra dagang AS, sehingga total bea masuk pada China tahun ini menjadi 54%.

Trump juga menutup celah perdagangan bebas bea yang memungkinkan paket bernilai rendah dari China masuk ke AS.

Hal ini memicu pembalasan dari China, termasuk pungutan tambahan sebesar 34% pada semua barang AS dan pembatasan ekspor pada beberapa tanah jarang, yang meningkatkan perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia.

Pasar saham global, terutama pasar saham China anjlok menyusul tindakan balasan China dan pernyataan Trump pada Jumat lalu bahwa ia tidak akan mengubah arah, memperpanjang kerugian tajam yang menyusul pengumuman tarif awal Trump di awal pekan ini dan menandai kerugian terbesar sejak pandemi Covid-19.

"Sekarang lah saatnya bagi AS untuk berhenti melakukan hal yang salah dan menyelesaikan perbedaan dengan mitra dagang melalui konsultasi yang setara," ujar Guo.

Dalam pernyataan terpisah yang diterbitkan oleh kantor berita Xinhua, Pemerintah China mendesak AS untuk menghentikan penggunaan tarif sebagai senjata untuk menekan ekonomi dan perdagangan China dan menghentikan perusakan hak pembangunan yang sah dari China.

"China telah mengambil dan akan terus mengambil tindakan tegas untuk menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunannya," kata Pemerintah China.

"Washington secara serius merusak sistem perdagangan multilateral berbasis aturan, dan secara serius merusak stabilitas tatanan ekonomi global," tambahnya.

Sebelumnya, sejumlah kamar dagang industri di China mulai dari yang mewakili pedagang logam dan tekstil hingga elektronik, mengeluarkan pernyataan yang mengecam tarif tersebut.

Sementara Kamar Dagang China, yang mewakili para pedagang produk makanan, menyerukan industri impor dan ekspor produk makanan dan pertanian Tiongkok untuk bersatu dan memperkuat kerja sama guna bersama-sama mengeksplorasi pasar domestik dan luar negeri.

Adapun menurut Menteri Keuangan Hong Kong Paul Chan mengatakan, pihaknya sangat menentang tindakan Trump dan akan terus bersikap "bebas dan terbuka".

"Membiarkan aliran modal bebas dan bertindak sebagai pelabuhan bebas adalah keuntungan kami, dan ini tidak akan berubah," kata Chan kepada lembaga penyiaran publik RTHK, dilansir dari Reuters.

Hong Kong sendiri tidak akan memberlakukan tindakan balasan terpisah, karena alasan perlunya kota tersebut untuk tetap "bebas dan terbuka".

"Sistem perdagangan multilateral berbasis aturan adalah inti kami," tambah Chan.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Dampak Indonesia & Jepang Terhadap Kebijakan Tarif Trump

Next Article Awas! Gara-Gara Trump, RI Bisa Banjir Produk China

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |