Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan Amerika Serikat (AS) dan Kolombia memanas setelah Presiden AS Donald Trump mengancam akan melancarkan serangan militer ke negara-negara yang ia tuduh memproduksi narkotika untuk pasar AS, termasuk Kolombia.
Trump, dalam rapat kabinet pada Selasa (2/12/2025), menyatakan serangan militer terhadap target darat di Venezuela akan "segera dimulai" sebagai bagian dari operasi anti narkotika. Ia menambahkan bahwa ancaman tersebut berlaku untuk negara mana pun yang memproduksi kokain.
"Saya dengar Kolombia memproduksi kokain. Mereka punya pabrik kokain, oke? Siapapun yang menjualnya ke negara kita rentan diserang," kata Trump saat itu.
Pernyataan itu memicu reaksi cepat dari Presiden Kolombia Gustavo Petro. Dalam unggahan media sosial, ia menegaskan bahwa Kolombia tidak akan tinggal diam jika kedaulatannya diganggu.
"Mengancam kedaulatan kami sama saja dengan menyatakan perang; jangan merusak hubungan diplomatik yang telah terjalin selama dua abad," tegasnya, seperti dikutip The Guardian, Kamis (4/12/2025).
Petro juga menantang Trump untuk melihat langsung upaya pemberantasan narkoba di negaranya. "Ikut saya, dan saya akan menunjukkan bagaimana mereka dihancurkan, satu lab setiap 40 menit," ujarnya.
Sebagai informasi, Kolombia hingga kini merupakan produsen kokain terbesar di dunia, namun Petro mengklaim pemerintahnya melakukan operasi masif menghancurkan laboratorium ilegal.
Sejak Agustus, pemerintahan Trump meningkatkan mobilisasi militer di Amerika Latin, mengerahkan hampir 15.000 tentara di perbatasan Venezuela. Pentagon mengaku telah menewaskan lebih dari 80 orang dalam serangan terhadap kapal kecil yang diduga membawa narkoba.
Trump menambahkan, "Kami juga akan mulai melakukan serangan-serangan itu di darat. Kami tahu rute mereka, kami tahu di mana para penjahat tinggal."
Hubungan Washington-Bogota memang merenggang sejak awal masa jabatan kedua Trump. Ketegangan awal muncul ketika Petro, mantan gerilyawan dan presiden sayap kiri pertama Kolombia, menolak menerima pesawat deportasi warga Kolombia dari AS.
Konflik kian membesar setelah Petro menghadiri protes pro-Palestina di New York dan mengecam serangan udara Trump terhadap kapal-kapal pengangkut narkoba.
Sebagai respons, Departemen Luar Negeri AS mencabut visa Petro. Trump bahkan menuding Petro sebagai "pengedar narkoba ilegal" tanpa bukti. Petro menilai tuduhan itu sebagai upaya politik yang merusak hubungan bilateral.
Ancaman terbaru Trump muncul hanya beberapa jam setelah ia mengampuni mantan Presiden Honduras Juan Orlando Hernández, yang sebelumnya divonis 45 tahun penjara karena kasus narkoba dan korupsi. Trump menyebut penyelidikan terhadap Hernández sebagai "perburuan penyihir ala Biden".
(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]

7 hours ago
2

















































