Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
08 December 2025 10:30
Jakarta, CNBC Indonesia - Arus modal asing kembali meramaikan pasar keuangan Tanah Air pada pekan pertama Desember 2025.
Merujuk data Bank Indonesia (BI), sepanjang periode 1-4 Desember 2025 atau pekan lalu, investor asing tercatat melakukan aksi beli atau net buy sebesar Rp14,08 triliun di seluruh instrumen pasar keuangan. Hal ini sekaligus mencatatkan tiga pekan beruntun asing melakukan inflow di pasar keuangan Tanah Air.
Asing mencatatkan beli bersih di pasar saham sebesar Rp2,11 triliun. Sekaligus menunjukkan tujuh minggu beruntun asing masuk ke pasar saham. Di pasar Surat Berharga Negara (SBN), investor asing turut membukukan beli bersih Rp1,06 triliun.
Aliran dana asing terbesar tercatat mengalir ke instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dengan net buy mencapai Rp10,92 triliun, melanjutkan tren pembeliannya sejak pekan sebelumnya.
Masuknya dana asing yang cukup besar ke SRBI juga sejalan dengan meningkatnya frekuensi lelang instrumen tersebut oleh Bank Indonesia menjelang akhir tahun.
Deputi Gubernur BI Destry Damayanti menjelaskan bahwa penambahan frekuensi lelang dilakukan karena momentum Desember yang relatif pendek, sehingga BI perlu memastikan likuiditas tetap terjaga dengan tetap memperhatikan minat pasar dan pergerakan suku bunga.
"Ini kan dekat ya, Desember, waktunya pendek. Kita naikkan sambil melihat market-nya seperti apa, appetite-nya, suku bunganya juga segala macam," ujar Destry usai menghadiri Financial Forum 2025 yang digelar CNBC Indonesia, Rabu (3/12/2025).
Destry juga menilai saat ini tengah terjadi normalisasi SRBI, setelah sebelumnya imbal hasil sempat turun terlalu cepat dan terlalu dalam. Dengan mulai masuknya kembali investor ke SRBI dan juga ke pasar SBN, kondisi tersebut dinilai menjadi pemicu pulihnya daya saing aset rupiah di mata investor global.
"Kita sekarang melihat memang SRBI sudah ada flow, kemudian kita SBN ada flow. Jadi itu menjadi trigger saja, sebenarnya normalisasi," tambahnya.
Meski demikian, secara kumulatif sepanjang tahun 2025 hingga 4 Desember, posisi arus modal asing masih mencatatkan net sell sebesar Rp27,93 triliun di pasar saham, Rp2,79 triliun di pasar SBN, serta Rp122,14 triliun di SRBI.
Sejalan dengan derasnya arus masuk modal asing tersebut, indikator risiko Indonesia juga menunjukkan perbaikan.
Premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia tenor 5 tahun tercatat turun menjadi 71,18 basis poin (bps) per 4 Desember 2025, dibandingkan posisi 72,45 bps pada 28 November 2025.
Penurunan CDS ini mencerminkan meredanya persepsi risiko investor global terhadap prospek perekonomian Indonesia, sekaligus meningkatnya kepercayaan terhadap stabilitas sektor keuangan domestik.
Turunnya CDS diikuti dengan kembali derasnya aliran dana asing menjadi sinyal bahwa selera risiko (risk appetite) investor global mulai membaik terhadap aset negara berkembang, termasuk Indonesia. Perbaikan sentimen ini tak lepas dari berkurangnya tekanan global, arah kebijakan moneter negara maju yang mulai lebih akomodatif, serta stabilitas makroekonomi domestik yang tetap terjaga.
Masuknya arus dana asing ke pasar keuangan Tanah Air pada pekan lalu juga seiring dengan meningkatnya ekspektasi pasar akan pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed).
Berdasarkan CME FedWatch Tool, saat ini pasar memproyeksikan peluang sebesar 88,4% bahwa The Fed akan memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin menjadi 3,50%-3,75% pada pertemuan kebijakan mendatang.
Dengan ekspektasi pemangkasan suku bunga yang semakin menguat, dolar AS berpotensi kembali mendapat tekanan di pasar global. Kondisi ini mendorong pelaku pasar mulai keluar dari aset berdenominasi dolar dan mengalihkan dana ke aset berisiko, termasuk ke pasar negara berkembang (emerging markets) seperti Indonesia.
CNCB INDONESIA RESEARCH
(evw/evw)

2 hours ago
1

















































