Jakarta, CNBC Indonesia - Upaya diplomatik untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina memasuki babak baru dengan dimulainya perundingan langsung pertama dalam 3 tahun terakhir di Istanbul, Turki, pada Jumat (16/5/2025). Namun, harapan akan tercapainya terobosan besar merosot tajam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan untuk tidak hadir secara langsung dan hanya mengirim delegasi berlevel rendah.
Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte secara terbuka mengkritik langkah Putin tersebut. Dalam pertemuan para pemimpin Eropa di Tirana, Albania, Rutte menyebut keputusan Putin sebagai "kesalahan besar" dan menegaskan bahwa kini semua tekanan internasional mengarah kepada Kremlin.
"Dia sangat tahu bahwa bola ada di tangannya, bahwa dia dalam masalah, dan bahwa dia telah membuat kesalahan besar dengan mengirim delegasi tingkat rendah ini," ujar Rutte, dilansir AFP.
"Semua tekanan sekarang ada pada Putin. Bola jelas berada di lapangannya. Sekarang dia harus bermain. Dia harus serius jika memang menginginkan perdamaian."
Pertemuan damai yang digagas oleh Putin ini berlangsung di Istanbul dan menjadi perundingan langsung pertama antara Rusia dan Ukraina sejak Maret 2022. Namun, tidak seperti yang diharapkan oleh banyak pihak, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, pemimpin Rusia itu tidak hadir secara pribadi.
Sebaliknya, ia mengutus penasihat garis kerasnya, Vladimir Medinsky, untuk memimpin delegasi Rusia.
Medinsky dikenal luas sebagai tokoh yang pernah secara terbuka mempertanyakan hak Ukraina untuk eksis sebagai negara berdaulat. Ia juga merupakan sosok yang memimpin perundingan perdamaian yang gagal pada awal invasi Rusia pada 2022.
Sementara itu, Ukraina mengutus Menteri Pertahanan Rustem Umerov sebagai kepala delegasi. Umerov adalah tokoh asal Semenanjung Krimea, wilayah Ukraina yang dianeksasi Rusia pada 2014. Delegasi Ukraina juga diperkuat oleh sekitar selusin pejabat tingkat deputi, mencerminkan keseriusan Kyiv dalam mencari penyelesaian konflik.
Keputusan Putin untuk tidak hadir secara langsung, meskipun ia sendiri yang awalnya mengusulkan perundingan, menimbulkan spekulasi di kalangan pengamat. Beberapa menilai ini sebagai taktik negosiasi, sementara yang lain melihatnya sebagai tanda melemahnya posisi Rusia di mata internasional.
Rutte, yang baru-baru ini ditunjuk sebagai Sekjen NATO, menegaskan bahwa langkah Putin justru memperburuk citra Moskow. "Jika dia memang ingin perdamaian, maka saatnya untuk menunjukkannya. Bukan dengan mengirim delegasi tingkat rendah yang bahkan diragukan niatnya," tegasnya.
Di luar jalur diplomasi bilateral, solidaritas Eropa terhadap Ukraina terus diperkuat. Pertemuan Komunitas Politik Eropa (European Political Community/EPC) yang digelar di Tirana pada hari yang sama, mengumpulkan para pemimpin Uni Eropa bersama sekitar 20 negara lain.
Fokus utama pertemuan ini adalah memperkuat dukungan terhadap Ukraina dan meningkatkan tekanan terhadap Rusia.
Presiden Zelensky dijadwalkan menyampaikan pidato di sesi pembukaan, bersamaan dengan dimulainya pembicaraan damai di Turki. Kehadiran Zelensky di forum ini dianggap penting untuk menjaga momentum solidaritas internasional dan menegaskan posisi Ukraina di tengah stagnasi medan tempur.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Putin Setuju Gencatan Senjata Dengan Ukraina Selama 3 Hari
Next Article Putin Menang Lagi di Ukraina, Zelensky Ngamuk Bom Minyak Rusia