Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah ambruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah sentimen perang tarif Trump dengan negara tetangga. Dilansir dari Refinitiv, rupiah tampak semakin terpuruk terhadap dolar AS dengan pelemahan 0,85% di angka Rp16.585/US$ pada hari ini, Jumat (28/02/2025) pukul 13:57 WIB.
Posisi ini lebih buruk dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin (27/2/2025) yang berada di angka Rp16.445/US$ dengan depresiasi sebesar 0,49%.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono mengungkapkan, pelemahan nilai rupiah bisa berdampak pada kenaikan harga minyak sawit dalam negeri.
"Kalau jangka pendek tidak masalah, ini akan berpengaruh harga minyak sawit di lokal akan naik dan dapat berakibat harga minyak goreng dalam negeri akan terpengaruh karena kenaikan bahan baku," katanya kepada CNBC Indonesia.
Lebih parah lagi jika kondisi ini terus berlanjut beberapa waktu ke depan. Maka biaya produksi juga bakal semakin membengkak.
"Tetapi kalau kondisi seperti ini terlalu lama maka biaya produksi di hulu akan naik, ini karena beberapa komponen seperti pupuk mayoritas di impor karena memang tidak ada di dalam negeri," sebut Eddy.
Sebagai catatan, nilai tukar mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terpuruk cukup dalam bahkan posisi saat ini lebih parah dibandingkan saat pandemi Covid-19.
Dengan nilai Rp16.555/US$, posisi ini lebih parah dibandingkan dengan 23 Maret 2020 yang ditutup di level Rp16.550/US$, namun belum mampu menembus level terparah secara intraday di periode yang sama yakni di level Rp16.620/US$.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Sri Mulyani: Pelemahan Rupiah Saat Ini Masih Lebih Baik Dibanding 2024
Next Article Belum Ada Kontrak Ekspor, Pengusaha CPO Didorong Jual ke Domestik