Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah eksekutif otomotif dan energi hijau dari negara Barat baru pulang usai kunjungan ke China. Ternyata mereka pulang dengan rasa takut melihat industri di negara tersebut, khususnya terkait robotik.
Futurism yang mengutip laporan The Telegraph menuliskan para bos perusahaan memperingatkan bahwa industri manufaktur China bisa jauh meninggalkan negara-negara Barat. Salah satunya kemenangan dari kendaraan listrik.
Bulan lalu, CEO Ford Jim Farley juga mengatakan hal serupa. Bahkan, ia meramalkan perusahaan bisa menghilang saat China memenangkan pertarungan.
"Kita berada dalam persaingan global dengan China dan ini bukan hanya terkait kendaraan listrik. Dan saat kalah, masa depan kita di Ford tidak ada lagi," kata Farley dikutip dari The Verge.
Sementara pendiri perusahaan pertambangan Fortescue, Andrew Forrest juga melakukan perubahan usai berkunjung ke China. Dia menghentikan upaya memproduksi powertrain EV secara internal.
"Tidak ada orang, semuanya robotik," jelasnya kepada The Telegraph.
Sejumlah eksekutif lain juga melakukan kunjungan pada 'pabrik gelap'. Pabrik itu tak perlu menggunakan lampu sebab sebagian besar pekerjaan dilakukan oleh robot.
China diketahui melakukan investasi besar-besaran pada industri robotnya. Catatan Federasi Robotika Internasional mengungkapkan lebih banyak robot dari China yang dikerahkan dibandingkan Jerman, AS, dan Inggris.
Namun, tujuan penggunaan robot ini agak berbeda dengan Barat yang ingin menaikkan keuntungan. China menggunakannya untuk bisa lebih kompetitif lagi.
"China memiliki masalah demografi yang signifikan, namun manufakturnya cukup padat karya," kata analis Bismarck Analysis, Rian Whitton kepada The Telegraph.
"Untuk pencegahan, mereka ingin mengotomastikannya semaksimal mungkin. Bukan berharap bisa mendapatkan margin keuntungan lebih tinggi, itu biasanya ide Barat, namun mengimbangi penurunan populasi dan mendapatkan keunggulan kompetitif," jelasnya menambahkan.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Mobil Bensin Bakal Tamat Gara-gara Temuan Peneliti Korea Selatan