Bankir Nomor 1 Dunia Warning "Bom Waktu" Kredit Macet

3 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon beri peringatan keras adanya bom waktu terkait masalah kredit macet di pasar Amerika Serikat (AS). Peringatan ini merujuk pada masalah kegagalan perusahaan pembiayaan mobil Tricolor dan produsen suku cadang kendaraan First Brand.

"Saya mungkin tidak seharusnya mengatakan ini, tapi kalau Anda melihat satu kecoak, kemungkinan besar masih ada yang lain," ujarnya belum lama ini, dikutip dari The Economist.

Dimon khawatir masalah dua kasus sebelumnya bukanlah yang terakhir. Ternyata kekhawatiran itu jadi kenyataan.

Saham sejumlah bank regional AS turun hingga 6% pada 16 Oktober 2025. Kejadian ini setelah dua bank kelas menengah Western Alliance Bancorporation Arizona dan Zions Bancorporation dari Utah menggugat untuk pemulihan pinjaman US$160 juta pada jaringan dana investasi yang dituding melakukan penipuan.

Tuduhan itu telah dibantah oleh Cantor Group sebagai pihak peminjam.

Investor menjadi lebih sensitif pada setiap tekanan baru di sektor perbankan, khususnya pada bank berukuran menengah. Para investor profesional juga punya beberapa fokus baru.

Salah satunya tekanan pada pasar pendanaan antarbank yang makin terasa. Suku bunga pinjaman antarbank sekitar 0,25 poin di atas suku bunga acuan The Fed pada Oktober lalu, menjadi yang tertinggi dalam enam tahun terakhir.

Hal ini menandakan adanya peningkatan kebutuhan likuiditas dan kehatian-hatian bank untuk meminjamkan dana dengan biaya murah.

Kedua adalah terkait perhatian investor untuk dunia kredit swasta yang kian berpengaruh pada pembiayaan korporasi, termasuk pada perusahaan menengah berisiko. Peran manajer aset pemberian kredit diketahui kian meluas sejak krisis keuangan 2007-2009.

Risiko terakhir adalah kerugian yang belum terealisasi atau unrealized losses pada neraca bank-bank AS. Ini terjadi karena kenaikan suku bunga jangka panjang.

Krisis kecil sempat terjadi 2023 karena isu tersebut, yang membuat Silicon Valley Bank jatuh. Saat itu pemerintah AS mengizinkan bank menilai obligasi pemerintah sesuai nilai nominal, bukan berdasarkan nilai pasar yang jatuh.

Kerugian yang belum terealisasi memang sudah menurun, namun disebut masih besar. Pada 2022 nilainya US$690 terpangkas kurang dari setengahnya US$395 miliar pada tahun ini, yang akan membuat bank rentan saat pinjaman baru bermunculan dalam jumlah banyak.

Permasalahan yang terjadi belakangan ini jelas membuat banyak pihak cemas. Wall Street khawatir kredit macet bisa jadi tanda awal masalah yang lebih besar, ada pula investor yang waspada mencari tanda masalah baru di pasar keuangan AS.


(luc/luc)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham BBRI Meroket! Naik 5% Sehari

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |