Astronaut Bikin Miso di Luar Angkasa, Lebih Enak dari Buatan Bumi

4 days ago 9

Jakarta, CNBC Indonesia - Astronaut membuat miso di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Ternyata, kuliner khas Asia yang dibuat lewat proses fermentasi kacang kedelai tersebut lebih gurih jika dibuat di luar angkasa.

Pembuatan miso di ISS adalah bagian dari riset oleh peneliti asal Massachusetts Institute of Technology. Mereka melakukan eksperimen dengan membuat miso di tiga lokasi yaitu Cambridge, Amerika Serikat; Kopenhagen, Denmark, dan ISS.

Di tiga lokasi tersebut,  peneliti secara serentak melakukan fermentasi pasta kacang kedelai untuk membuat miso. Hasilnya, miso yang dibuat di luar angkasa terasa lebih enak dibanding miso "made in USA" dan miso "made in Denmark."

Miso adalah bahan yang banyak digunakan oleh makanan khas Jepang, dibuat dari kacang kedelai rebus, garam, bijian seperti beras, dan jamur bernama koji (Aspergillus oryzae).

Peneliti sudah mempersiapkan tiga bahan pembuatan Miso, kemudian dikirim ke dua lokasi di Bumi dan satu lokasi di orbit. Di ISS, bahan baku miso melalui proses fermentasi selama 30 hari. Miso tersebut ditempatkan di kotak dan dipantau suhu, kelembaban, tekanan, paparan cahaya, dan radiasi.

Miso yang dibuat di AS menggunakan kotak yang sama dengan miso di ISS, sedangkan miso di Denmark menggunakan kotak yang berbeda. 

ISS kemudian mengirim miso yang dibuat di orbit kembali ke Bumi untuk dianalisis dan dibandingkan dengan dua miso buatan Bumi.

Analisis yang dilakukan meliputi genome sequencing, pemeriksaan fisik seperti tekstur dan warna, serta evaluasi "rasa."

Ada beberapa perbedaan yang terdeteksi pada miso dari luar angkasa. Contohnya, populasi dua bakteri Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus warneri lebih besar. Bakteri jenis Bacillus velezensis juga hanya ditemukan di miso luar angkasa.

Ketiga miso mengeluarkan aroma yang serupa dan mengandung asam amino yang memberikan rasa asin. Namun, miso buatan ISS punya rasa lebih "berkacang" dan "terpanggang."

Citra rasa ini adalah hasil dari kandungan pyrazine yang muncul karena proses fermentasi dipercepat karena suhu di ISS lebih tinggi.

Temuan ini, menurut Science Alert, bisa dijadikan referensi untuk perbedaan yang dihadapi manusia saat mengarungi antariksa. Apalagi, "cita rasa" manusia lebih tumpul dalam kondisi gravitasi mikro.

"Fermentasi di ISS menggambarkan bahwa sistem kehidupan pada skala mikroba bisa berkembang luar biasa bergantung pada keragaman mikrobial, menunjukkan potensi kehidupan di luar angkasa," kata Maggie Coblentz dari MIT.


(dem/dem)

Saksikan video di bawah ini:

Video:Perang Dagang Trump Bikin Investor Cemas, IHSG Kena Trading Halt

Next Article Peneliti Temukan Cara Aneh tapi Ampuh Setop Wabah Demam Berdarah

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |