Asing Keluar Rp8 T Seminggu, Ini Sederet Penyebab IHSG Ambrol!

2 weeks ago 10

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) makin terpuruk akibat aliran keluar dana asing kian deras seiring dengan sikap pelaku pasar yang antisipasi tarif Trump dan rebalancing indeks MSCI.

CNBC Indonesia memantau pada perdagangan hari ini sampai pukul 10.51 WIB, IHSG jatuh 159,48 poin atau 2,46% ke posisi 6,325.97

Jika pelemahan IHSG bertahan sampai akhir sesi, ini akan melanjutkan tren merah selama dua hari beruntun dan menandai posisi paling lebih dari tiga tahun.

Secara historis jika ditarik mundur kejatuhan IHSG hari ini telah memperpanjang tren merah dalam sebulan sebanyak 11,28%, lebih jauh dalam tiga tahun terakhir indeks di keseluruhan bursa ini sudah ambles 3,53%.

Jadi, bisa dibilang kebanyakan investor di bursa saham RI ini dalam tiga tahun terakhir alih-alih mengharapkan keuntungan, malah berbalik mengalami floating loss lagi.

Ada beberapa hal yang membuat IHSG terpuruk diantaranya sebagai berikut :

1. Dana Asing Keluar Makin Deras

Selama sepekan terakhir untuk periode yang berakhir pada Kamis kemarin (27/2/2025), asing sudah keluar dari pasar saham RI mencapai Rp8,01 triliun. Rinciannya, Rp5,44 triliun dilego dari pasar reguler, dan sisanya Rp2,58 triliun

Jika ditarik lebih jauh, dalam sebulan asing sudah keluar nyaris Rp14,98 triliun. Adapun saham yang banyak di lego asing adalah perbankan besar, dalam sebulan misalnya ada saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang dijual asing hingga Rp4,19 triliun, diiikuti saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) masing-masing sebanyak Rp4,18 triliun dan Rp1,95 triliun.

Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga dijual asing dalam sebulan ini sampai Rp281,1 miliar.

Di luar bank ada saham milik taipan Prajogo Pangestu yang ramai dijual asing, seperti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) sebanyak Rp457,6 miliar, PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) Rp333,9 miliar, dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) Rp284,4 miliar.

2. Tarif Trump Bikin Tantrum Lagi

Presiden Trump kembali mempertegas tabuhan genderang perang dagangnya dengan mengumumkan tarif baru terhadap Meksiko dan Kanada sebesar 25% akan mulai berlaku pada 4 Maret, sementara China akan dikenakan tambahan tarif 10% pada tanggal yang sama. Keputusan ini memperkuat kebijakan proteksionisme ekonomi yang menjadi ciri khas pemerintahannya, sekaligus menambah ketidakpastian di pasar global.

Sebagai catatan, pada 4 Maret 2025 adalah pekan pertama di bulan Ramadhan sehingga kebijakan Trump ini diyakini berdampak besar terhadap pasar keuangan pekan tersebut.

Kebijakan tarif ini sebelumnya sempat ditangguhkan pada 3 Februari untuk jangka waktu satu bulan, yang menyebabkan kebingungan tentang apakah tarif akan kembali diberlakukan atau tidak setelah periode penundaan berakhir.

Dalam sebuah unggahan di Truth Social pada Kamis(27/2/2025), Trump memastikan bahwa tarif tersebut akan berjalan sesuai jadwal.

Dalam pernyataannya, Trump mengeklaim bahwa perdagangan narkotika ilegal dari Meksiko dan Kanada ke AS masih berada pada tingkat yang sangat tinggi dan tidak dapat diterima, meskipun kedua negara telah berjanji untuk meningkatkan pengawasan di perbatasan mereka.

"Kami tidak bisa membiarkan ancaman ini terus merusak AS. Oleh karena itu, hingga masalah ini berhenti atau setidaknya sangat dibatasi, tarif yang dijadwalkan untuk diberlakukan pada 4 Maret akan tetap berlaku, seperti yang telah dijadwalkan sebelumnya," tulis Trump, sebagaimana dikutip dari CNBC International.

3. Cut Off Rebalancing Indeks MSCI Berlaku Hari Ini

Pada hari ini tercatat akan menjadi cutt off untuk rebalancing indeks MSCI dan akan efektif per 3 Maret 2025. Diketahui, MSCI telah mengurangi bobot Indonesia dari 2,2% menjadi 1,5% selama kurun waktu lima tahun terakhir.

Sebelumnya, MSCI telah memangkas jumlah konstituen saham Indonesia secara bertahap. Dalam rebalancing terbarunya, MSCI tidak menambah saham baru di kategori large cap Indonesia, tetapi justru mengeluarkan tiga saham yakni PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). MDKA dan INKP kini masuk ke kategori small cap, sedangkan UNVR dikeluarkan sepenuhnya dari daftar konstituen MSCI. Perubahan ini mempersempit cakupan investasi asing di pasar saham domestik.

Dampak pemangkasan bobot Indonesia dalam MSCI ini juga semakin terasa dengan penurunan peringkat saham Indonesia dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW). Morgan Stanley mencatat bahwa tren return on equity (ROE) saham-saham Indonesia terus melemah akibat perlambatan ekonomi dan tekanan terhadap sektor siklikal. Dengan rebalancing yang makin menggerus bobot saham Indonesia, investor diharapkan mencermati aliran dana asing dan volatilitas yang berpotensi meningkat dalam waktu dekat.

CNBC INDONESIA RESEARCH

(tsn/tsn)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |