Asing Bawa Kabur Rp 21,9 T dari Pasar Modal, BEI Siapkan Langkah Ini

1 week ago 9

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan koordinasi dengan investor asing buntut dari hengkangnya Rp 21,9 triliun dana investor asing dari pasar modal RI yang menyebabkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun tajam dalam dua bulan terakhir.

Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, pihaknya saat ini telah menerapkan dua kebijakan baru yaitu penundaan shortselling dan mempertimbangkan aksi buyback tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang akan menunggu arahan dan aturan dari OJK. Keduanya diharap bisa mendongkrak transaksi domestik, sehingga bisa menambah demand pasar

"Upaya terus tentu, kalau upaya tentu terus dengan investor global, investor asing, kita berkomunikasi terus. Dengan investor domestik juga, institusi kita, untuk investor retail teman-teman mengikuti sendiri bagaimana kita terus mengembangkan investor retail supaya basis investor domestik kita menjadi jauh lebih solid," jelas Jeffrey di Gedung BEI, Senin, (3/3/2025).

Secara historis dalam periode waktu bulanan, sudah lima bulan terakhir ini atau sejak Oktober asing terus keluar dari pasar saham RI. Pada November terhitung menjadi yang paling deras dengan net foreign sell mencapai Rp16,81 triliun

Sebelumnya, Direktur Utama BEI Iman Rachman mengatakan hal tersebut tidak terlepas dari faktor global.

Dia memaparkan bahwa pada 3 Februari, asing terpantau mulai melakukan net sell. Pada saat yang bersamaan, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald J. Trump meneken perintah eksekutif penetapan tarif impor baru kepada Kanada, Meksiko, dan Tiongkok. Pada hari itu juga, indeks sempat ambruk hingga 2,54% yang terendah.

Kemudian pada tanggal 6 Februari, Tiongkok "membalas" AS dan bank sentral AS Federal Reserve, memberi sinyal kebijakan suku bunga tinggi untuk beberapa waktu alias higher for longer. Pada hari itu juga net sell asing tembus lebih dari Rp2 triliun.

Kemudian penjualan saham oleh investor asing terus berlanjut seiring dengan adanya serangkaian faktor dari global, antara lain, pengumuman kocok ulang alias rebalancing.

MSCI Indonesia Investable Market Index pada 7 Februari, di mana ada sejumlah emiten unggulan tidak termasuk. Dampak itu menekan pergerakan IHSG hingga 3,29%, dan lanjut lagi hingga 2,38% pada 10 Februari.

Kondisi diperparah kemudian pada tanggal 11 Februari Trump menaikkan tarif atas produk aluminum dan baja. Investor asing sempat melakukan pembelian bersih sekitar Rp1 triliun pada tanggal 14 Februari, dan berlanjut keluar dalam jumlah ratusan miliar rupiah setelahnya.

Namun, pada tanggal 24 Februari, investor asing mencatatkan penjualan bersih hingga mendekati Rp 4 triliun. Keesokan harinya, Morgan Stanley menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW). Tanggal 25, IHSG turun hingga 2,52% pada titik terendahnya dan pada tanggal itu juga pemberlakuan efektif kebijakan tarif Trump.

Pada tanggal 27 Februari, dampak dari penurunan peringkat oleh Morgan Stanley berlanjut dan Trump memberi ancaman tarif sebesar 25% kepada Uni Eropa. Pada hari itu investor asing net sell hingga lebih dari Rp1 triliun.

Selanjutnya, pada 28 Februari, asing melego Rp2,91 triliun. Bersamaan dengan itu, pemerintah AS mengumumkan periode efektif tarif dagang baru untuk Meksiko dan Kanada, serta kenaikan tarif bagi barang impor Tiongkok.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: BEI Lakukan Pertemuan dengan OJK & Pelaku Pasar

Next Article IHSG Dibuka Melesat, Selangkah Lagi Balik ke Level 7.600

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |