Asia Kebakaran Hebat: Rupiah - Won Jatuh, Cuma Ringgit Berani Lawan AS

2 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas mata uang Asia terpantau melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pagi ini, Rabu (12/11/2025). Di tengah penantian pelaku pasar terhadap voting untuk penyelesaian Shutdown Government AS.

Berdasarkan data Refinitiv pukul 09.15 WIB, won Korea menjadi mata uang paling tertekan di Asia dengan koreksi 0,40% ke level KRW 1.466,7/US$.

Pelemahan ini disusul oleh rupiah Garuda yang turun 0,21% ke posisi Rp16.715/US$, menandai pelemahan lanjutan setelah ditutup melemah pada perdagangan sebelumnya. Dong Vietnam juga terkoreksi 0,19% ke level VND 26.329/US$, diikuti oleh rupee India yang melemah 0,16% ke INR 88,58/US$, dan dolar Taiwan yang turun 0,15% ke TWD 31,051/US$.

Dolar Singapura, yen Jepang, yuan China, serta baht Thailand juga mencatatkan pelemahan tipis masing-masing sebesar 0,13%, 0,11%, 0,09%, dan 0,07% terhadap dolar AS.

Adapun ringgit Malaysia menjadi satu-satunya mata uang di kawasan yang berhasil menguat terhadap dolar AS, naik 0,34% ke posisi MYR 4,122/US$.

Penguatan ringgit terjadi di tengah optimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi Malaysia serta stabilitas fiskal yang relatif terjaga dibandingkan negara tetangga di Asia Tenggara.

Pergerakan mata uang Asia hari ini masih dipengaruhi oleh dinamika indeks dolar AS yang saat ini tengah menguat tipis 0,09 ke level 99,529. Sentimen pasar global dibayangi oleh dua faktor utama yakni perkembangan drama government shutdown di AS dan ekspektasi terhadap arah kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed).

Pelaku pasar kini menanti hasil pemungutan suara di DPR AS yang dijadwalkan berlangsung pada Rabu sore waktu setempat. DPR yang dikuasai Partai Republik akan memberikan suara atas kompromi anggaran yang diharapkan dapat memulihkan pendanaan lembaga-lembaga pemerintah dan mengakhiri shutdown yang telah berlangsung sejak 1 Oktober, memasuki hari ke-42.

Jika proses berjalan lancar, penutupan pemerintahan terpanjang dalam sejarah AS ini berpotensi berakhir dalam 24-48 jam setelah pemungutan suara, atau antara Kamis hingga Jumat waktu Indonesia.

Kendati demikian, akhir drama ini belum tentu menjadi "happy ending". Penolakan dari kelompok konservatif Partai Republik berpotensi menunda voting atau memaksa negosiasi tambahan. Selain itu, kesepakatan yang ada hanya memperpanjang pendanaan hingga 30 Januari 2026, sehingga ancaman shutdown dapat kembali muncul awal tahun depan.

Dari sisi lain, laporan ADP yang dirilis Selasa (11/11/2025) menunjukkan perusahaan swasta AS memangkas rata-rata 11.250 pekerjaan per minggu selama empat pekan hingga 25 Oktober. Data ini menegaskan pelemahan pasar tenaga kerja dan memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada pertemuan FOMC 9-10 Desember mendatang.

Saat ini, pasar memperkirakan peluang sebesar 67% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |