Asia Jadi Lautan Merah, Peso - Rupiah Kebakaran Dahsyat

3 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menunjukkan arah yang tidak seragam pada perdagangan hari ini, Selasa (14/10/2025).

Mengutip data Refinitiv pukul 09.20 WIB, sebagian mata uang Asia tercatat melemah terhadap greenback, sementara sebagian lainnya masih mampu mencatatkan penguatan hanya tipis.

Dolar Taiwan kembali memimpin penguatan diantara mata uang Asia lainnya, walau hanya terapresiasi tipis 0,03% ke level TWD 30,665/US$. Penguatan dolar Taiwan tidak sendirian, diikuti won Korea dan mata uang negara tetangga, yakni ringgit Malaysia yang sama-sama menguat 0,02% terhadap dolar AS.

Disisi sebaliknya, terpantau tujuh mata uang Asia sedang berada di zona merah. Peso Filipina memimpin pelemahan dengan bergerak ke level PHP 58,195/US$ atau koreksi 0,13%, yang sama dengan pelemahan dong Vietnam yang turun 0,13% ke level VND 26.359/US$.

Yen Jepang juga turut melemah dengan terdepresiasi 0,12% di posisi JPY 152,45/US$. Selain itu, rupiah Garuda juga harus merasakan kekuatan dolar AS dengan mengalami pelemahan 0,06% ke level Rp16.565/US$, bersama dengan baht Thailand yang turun ke level THB 32,56/US$.

Yuan China dan rupee India sama-sama mengalami pelemahan tipis 0,03% ke level CNY 7,134/US$ dan INR 88,663/US$.

Pergerakan mata uang Asia sangat dipengaruhi oleh pergerekan dari indesk dolar AS (DXY) yang meskipun saat ini tengah bergerak stabil di level 99,256. Namun, di perdagangan kemarin, DXY rebound hingga naik 0,29% ke level 99,269.

Penguatan dolar terjadi menyusul perubahan nada retorika Presiden AS Donald Trump, yang sehari setelah mengumumkan rencana penerapan tarif impor 100% terhadap China, justru mengirim sinyal yang lebih moderat.

Dalam unggahan di media sosial Truth Social, Trump menulis, "Jangan khawatir soal China, semuanya akan baik-baik saja. Amerika Serikat ingin membantu China, bukan menyakitinya."

Nada yang lebih lunak dari Trump ini membuat pelaku pasar menilai bahwa risiko perang dagang mungkin tidak akan sebesar yang dikhawatirkan sebelumnya. Dampaknya, sentimen "risk-off" di pasar global mulai mereda, mendorong investor kembali masuk ke aset berisiko, sementara dolar AS yang sempat tertekan pada Jumat kembali pulih.

Meningkatnya minat investor terhadap aset dolar membuat permintaan terhadap mata uang emerging markets cenderung melemah, termasuk rupiah dan mata uang Asia lainnya yang sensitif terhadap volatilitas indeks dolar AS dan sentimen global.

CNBC INDONESIA RESEARCH 

[email protected]

(evw/evw)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |