AS Hingga RI Beri Guncangan, Investor Wajib Kencangkan Sabuk Pengaman

1 week ago 15

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada pekan depan, sentimen baik dari dalam maupun luar negeri akan kembali memengaruhi pasar keuangan domestik. Khususnya sentimen dari luar negeri yang datang dari Amerika Serikat (AS) perihal perang dagangnya, sedangkan dari dalam negeri, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) perihal Indeks Harga Konsumen (IHK) akan menjadi sentimen penting yang patut diperhatikan.

Pada Senin (03/03/2025), ada dua sentimen bagi Indonesia, yang pertama adalah Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur serta data IHK.

PMI Manufaktur Indonesia periode Januari 2025 terpantau berada di zona ekspansif (>50) dengan angka 51,9.

Ini adalah pertumbuhan aktivitas pabrik selama dua bulan berturut-turut dan laju terkuat sejak Mei 2024, dengan output meningkat selama tiga bulan dan menandai peningkatan terkuat sejak Mei lalu. Selain itu, pesanan baru terus meningkat di tengah peningkatan pesanan luar negeri selama dua bulan berturut-turut.

Lebih lanjut, perusahaan meningkatkan aktivitas pembelian mereka, menjelang bulan puasa di bulan Maret.

Selain itu, BPS akan merilis data IHK periode Februari 2025 yang menurut konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan IHK diproyeksi akan turun atau mengalami deflasi secara bulanan (month to month/mtm) sebesar 0,04% pada Februari 2025. Sementara secara tahunan (year on year/yoy), inflasi diproyeksi akan berada pada angka 0,64%.

Sebagai catatan, IHK Januari 2025 tercatat deflasi 0,76% (% mtm) dan secara tahunan tercatat inflasi 0,76%.

Ekonom Bank Danamon, Hosianna Situmorang mengungkapkan faktor masih berlanjutnya diskon tarif listrik 50% membuat IHK secara bulanan berpotensi mengalami deflasi.

Namun, laju deflasi lebih lanjut tertahan oleh kenaikan harga cabai akibat faktor musiman cuaca serta permintaan yang meningkat menjelang bulan Ramadhan. Selain itu, kenaikan harga emas juga turut menjadi faktor penopang inflasi, seiring dengan meningkatnya permintaan emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global.

"Memasuki momen Ramadhan dan menjelang Lebaran, tekanan inflasi diperkirakan mulai meningkat, terutama dari kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) dan permintaan barang serta jasa yang lebih tinggi," kata Hosianna.

Pada hari yang sama, akan ada data Amerika Serikat (AS) soal S&P Global Manufacturing PMI serta ISM Manufacturing PMI.

Kedua data ini masih diperkirakan bergerak di atas angka 50 yang menunjukkan kondisi manufaktur AS dalam kategori ekspansif.

Selanjutnya pada Selasa (04/03/2025), Presiden AS, Donald Trump kembali mempertegas tabuhan genderang perang dagangnya dengan mengumumkan tarif baru terhadap Meksiko dan Kanada sebesar 25% akan mulai berlaku pada 4 Maret, sementara China akan dikenakan tambahan tarif 10% pada tanggal yang sama. Keputusan ini memperkuat kebijakan proteksionisme ekonomi yang menjadi ciri khas pemerintahannya, sekaligus menambah ketidakpastian di pasar global.

Kebijakan tarif ini sebelumnya sempat ditangguhkan pada 3 Februari untuk jangka waktu satu bulan, yang menyebabkan kebingungan tentang apakah tarif akan kembali diberlakukan atau tidak setelah periode penundaan berakhir.

Dalam sebuah unggahan di Truth Social pada Kamis (27/2/2025), Trump memastikan bahwa tarif tersebut akan berjalan sesuai jadwal.

Selain itu, ia mengumumkan bahwa China yang saat ini sudah dikenai tarif 10% akan menghadapi tambahan tarif 10% lagi, sehingga total tarif yang dikenakan terhadap impor China akan meningkat menjadi 20% mulai 4 Maret.

Trump juga menegaskan bahwa tanggal 2 April akan tetap menjadi hari berlakunya kebijakan tarif timbal balik (resiprokal) yang ia canangkan.

Pasar merespon negatif soal tarif Trump ini yang dibuktikan dengan ambruknya pasar saham khususnya di Indonesia.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun lebih dari 3% ke level 6200-an atau setara posisi terpuruk lebih dari tiga tahun lalu. Sampai akhir perdagangan hari ini, Jumat (28/2/2025), IHSG ambruk 3,31% atau 214,85 ke posisi 6.270,60.

Penurunan dalam sehari ini menjadi yang paling parah sejak 5 Agustus 2024 dan menandai posisi terburuk lebih dari tiga tahun.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, buka-bukaan soal sentimen yang memengaruhi melemahnya IHSG.

Iman mengatakan, terdapat berbagai faktor global dan domestik yang berkontribusi terhadap tekanan pasar. Iman menyoroti kebijakan tarif perdagangan dan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang memengaruhi keluarnya aliran dana asing dari pasar saham Indonesia.

"Trump 2.0 tidak mudah. Saat ini, sekitar 70% dana global tetap mengalir ke aset berkualitas tinggi di AS. Selain itu, ancaman tarif dagang terus muncul, seperti yang sebelumnya terjadi pada Meksiko dan Kanada, serta Uni Emirat Arab," jelas Iman kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta. Jumat (28/2/25).

Kemudian di akhir pekan ini (07/03/2025), terdapat sentimen soal U.S. unemployment rate serta Non-Farm Payroll (NFP).

Tingkat pengangguran AS turun 0,1 poin persentase menjadi 4,0% pada Januari 2025, menandai level terendah sejak Mei dan sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 4,1%. Jumlah individu yang menganggur menurun sebesar 37.000 menjadi 6,85 juta, sementara lapangan kerja meningkat sebesar 2.234 menjadi 163,9 juta.

Selain itu, tingkat partisipasi angkatan kerja meningkat menjadi 62,6%, dan rasio lapangan kerja-penduduk meningkat menjadi 60,1%.

Beralih ke data NFP, perekonomian AS menambahkan 143 ribu pekerjaan pada Januari 2025, jauh di bawah kenaikan yang direvisi naik sebesar 307 ribu pada Desember dan perkiraan sebesar 170 ribu.

Peningkatan lapangan kerja terjadi di bidang layanan kesehatan (44K), perdagangan ritel (34K), dan bantuan sosial (22K) dan lapangan kerja di pemerintahan terus mengalami tren peningkatan (32K).

U.S. Bureau of Labor StatisticsFoto: U.S. NFP
Sumber: U.S. Bureau of Labor Statistics

Ekonomi RI di Awal Pekan Ramadhan

Pemerintah percaya diri ekonomi Indonesia pada kuartal I-2025 akan tumbuh kencang di atas 5%. Penyebabnya, momentum Hari Raya Idul Fitri dan Ramadan yang biasanya mendorong konsumsi rumah tangga terjadi pada kuartal I, tak lagi kuartal II.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan pola musimannya, pertumbuhan ekonomi kuartal I tiap tahunnya lebih rendah dibanding kuartal II. Misalnya, pada kuartal I-2022 pertumbuhan ekonominya hanya 5,02% sedangkan kuartal II nya 5,46%. Demikian juga pada kuartal I-2023 yang hanya 5,04% dan kuartal II sebesar 5,17%, meskipun pada kuartal I-2024 tumbuh hingga 5,11% sedangkan kuartal II nya hanya 5,05%.

"Mulai tahun ini Ramadan dan Lebaran geser ke kuartal I, dulu kan di kuartal II sehingga kuartal II paling tinggi selama ini kan," kata Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso di kantornya, Jumat (28/2/2025).

Susiwijono mengatakan, pemerintah menggelontorkan berbagai kebijakan stimulus mulai dari untuk mendorong sisi permintaan masyarakat, maupun dari sisi pasokannya supaya konsumsi rumah tangga bisa naik pesat pertumbuhannya.

"Kita dorong di Maret ini, Insya Allah mudah-mudahan masih bisa (di atas 5%), karena kan dua sisi, daya beli kita jaga mulai gaji ke-13, THR, Bansos, PKH, semua kan kita dorong semua, dari sisi demand ada," tuturnya.

"Dari sisi supply kita kasih juga program-programnya kan, tiket diskonnya mulai tanggal-tanggal Maret atau berapa, tarif tol, PPN DTP, PPh DTP, semua kan jalan," tegas Airlangga.

Sementara dari sisi peredaran uang, Bank Indonesia (BI) menegaskan layanan penukaran uang baru atau program Semarak Rupiah Ramadhan dan Berkah Idul Fitri (Serambi) digelar mulai pada 3 Maret hingga 27 Maret 2025.

Deputi Gubernur BI, Doni Primanto Joewono mengatakan program Serambi ini menjadi momen penting dalam distribusi uang ke masyarakat. Distribusi akan dimulai pada 3 Maret hingga 27 Maret.

Dalam rangka perluasan ini, ada tiga hal yang BI lakukan. Pertama, layanan keliling regular, termasuk tempat ibadah masjid. Kedua adalah kerja sama dengan perbankan a.l. titik tetap di Monas dan ketiga, layanan tematik, seperti di kantor atau bazaar Ramadan.

Nantinya, BI akan menaikkan batas nilai penukaran dari sebelumnya Rp 3 juta menjadi Rp 4,3 juta per orang. Ini dilakukan untuk mengurangi keramaian dan antrian. Doni menambahkan penukaran dilakukan tetap menggunakan aplikasi Pintar BI.

"Kita tidak terima gross tapi kita minta masih aplikasi Pintar supaya bisa rapi dan jelas di sana (titip penukaran)," tegasnya.

Tahun ini, kata Doni, BI menyiapkan pasokan uang tunai sebesar Rp 180,9 triliun untuk melengkapi tradisi penukaran uang baru saat hari raya Idul Fitri 2025. Nilai ini hampir mencapai 25% dari total kebutuhan uang kartal setahun ini. Pasokan uang tunai ini lebih rendah dibandingkan pasokan tahun lalu yang mencapai Rp 197,6 triliun.

"Ini agak sedikit turun 1,6% karena kita pertimbangkan ekspektasi nontunai jadi kita kurangi sedikit," ungkapnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

(rev/rev)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |