Amalia Zahira, CNBC Indonesia
18 December 2025 17:20
Jakarta, CNBC Indonesia - Palestina merupakan wilayah dengan populasi Kristen yang relatif kecil, sekitar 1% dari total penduduk. Mayoritas umat Kristen Palestina berasal dari Gereja Ortodoks Yunani, disusul oleh komunitas Katolik Roma, Ortodoks Armenia, serta denominasi lain seperti Koptik, Episkopal, Ortodoks Ethiopia, Katolik Yunani, Lutheran, Maronit, Ortodoks Suriah, dan berbagai aliran Protestan lainnya.
Meski menjadi kelompok minoritas, tradisi Natal memiliki makna historis dan spiritual yang sangat kuat, terutama karena Bethlehem diyakini sebagai tempat kelahiran Yesus Kristus.
Sejak eskalasi konflik bersenjata yang meletus pada Oktober 2023, perayaan Natal di Palestina tidak digelar secara penuh akibat situasi keamanan dan dampak sosial-ekonomi yang memburuk. Tahun 2025 ini, pohon Natal kembali dinyalakan di Manger Square, Betlehem, tepat di luar Church of the Nativity, setelah perayaan besar sempat ditiadakan dalam beberapa tahun terakhir akibat konflik.
Momen ini menjadi penanda kembalinya perayaan Natal di tengah kondisi sosial dan ekonomi yang masih sulit pascakonflik.
Perayaan sederhana tersebut membawa kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat setempat. Meski menghadapi tekanan ekonomi dan dampak berkepanjangan dari konflik, warga Bethlehem tetap menyambut Natal sebagai simbol harapan, ketahanan, dan perdamaian.
Natal sebagai Perayaan Bersama
Natal telah lama menjadi bagian dari kehidupan sosial di Palestina. Kendati jumlah umat Kristen terbatas, masyarakat Muslim Palestina turut merasakan dan menghormati perayaan ini. Dalam ajaran Islam, Yesus (Isa AS) juga dihormati sebagai nabi, sehingga perayaan Natal di Palestina kerap berlangsung dalam suasana saling menghormati antarumat beragama.
Natal juga ditetapkan sebagai hari libur nasional di Palestina. Setiap tahunnya, banyak warga Muslim Palestina mengunjungi Bethlehem untuk menyaksikan parade Natal dan menyaksikan bersama kemegahan pohon Natal. Fakta bahwa Yesus lahir di Betlehem menjadi kebanggaan bersama bagi umat Kristen maupun Muslim di Palestina.
Tradisi Natal di Betlehem
Perayaan Natal di Bethlehem identik dengan berbagai tradisi khas, di antaranya parade kota yang diiringi band bagpipe, sebuah warisan budaya dari masa pendudukan Inggris. Selain itu, jalan-jalan utama dihiasi lampu dan ornamen Natal, sementara warga mengenakan kostum Santa dan membagikan permen kepada anak-anak.
Salah satu agenda utama adalah Misa Natal di Church of the Nativity, yang digelar pada sore hingga tengah malam. Gereja ini diyakini berdiri di atas lokasi kelahiran Yesus dan dikelola bersama oleh tiga denominasi besar, yakni Katolik, Ortodoks Yunani, dan Armenia.
Bagian paling sakral dari gereja ini adalah Grotto of the Nativity, sebuah gua kecil dengan bintang perak yang menandai titik kelahiran Yesus menurut tradisi Kristen. Dalam misa, umat dari berbagai latar belakang berkumpul, menyalakan kemenyan (frankincense), serta melantunkan lagu-lagu Natal.
Foto: Warga Palestina melihat pohon Natal di Lapangan Manger di luar Gereja Kelahiran Yesus, Betlehem, Tepi Barat, Sabtu (6/12/2025). (REUTERS/Mussa Qawasma)
Warga Palestina melihat pohon Natal di Lapangan Manger di luar Gereja Kelahiran Yesus, Betlehem, Tepi Barat, Sabtu (6/12/2025). (REUTERS/Mussa Qawasma)
Perbedaan Tanggal Perayaan
Perayaan Natal di Palestina berlangsung dalam beberapa tanggal, mengikuti kalender masing-masing denominasi. Gereja Katolik merayakan Natal pada 25 Desember, sementara Gereja Ortodoks Yunani dan Armenia merayakannya pada 6 atau 7 Januari.
Ucapan Natal dalam bahasa Arab adalah "Eid Milad Majid" , yang berarti Pesta Kelahiran yang Mulia. Sementara dalam bahasa Aram (bahasa yang diyakini digunakan oleh Yesus), ucapan Natal dikenal sebagai "Eedookh Breekha", yang berarti Semoga Natalmu diberkati.
Kembalinya perayaan Natal di Bethlehem tahun ini menjadi simbol harapan dan keteguhan iman, sekaligus pengingat akan peran penting kota tersebut dalam sejarah dan spiritualitas dunia.
(dag/dag)

2 hours ago
1

















































