Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali terkoreksi selama dua hari beruntun di tengah permintaan yang melambat dari China maupun India pada bulan lalu.
Dilansir dari Refinitiv, harga batu bara pada 12 Maret 2025 tercatat sebesar US$107,5/ton atau turun 2,93% apabila dibandingkan penutupan perdagangan 11 Maret 2025 yang sebesar US$110,75/ton.
Pelemahan harga batu bara ini merupakan yang kedua kalinya dan posisi kali ini merupakan yang terendah sejak 6 Maret 2025.
Dilansir dari GMK Center, Impor batubara kokas melalui jalur laut ke Asia turun ke level terendah dalam tiga tahun pada Februari tahun ini akibat melemahnya permintaan dari pembeli terbesar, China dan India. Hal ini ditulis oleh kolumnis Clyde Russell dalam kolomnya untuk Reuters.
Menurut data yang dikumpulkan oleh analis komoditas Kpler, impor batubara kokas melalui jalur laut di Asia pada Februari mencapai 15,85 juta ton, turun dari 20,42 juta ton pada bulan sebelumnya. Volume ini merupakan yang terendah sejak Februari 2022.
India mengurangi impor maritim bahan baku ini sebesar 27% secara bulanan (m/m) menjadi 4,56 juta ton dalam periode tersebut. Ini adalah angka terendah sejak Desember 2021.
Dalam beberapa bulan terakhir, menurut Russell, produksi baja di India tampaknya melemah karena industri menghadapi peningkatan impor produk baja dan pembatasan pasokan kokas dari luar negeri.
Menurut Kpler, China, sebagai importir batubara kokas terbesar kedua melalui jalur laut, mengalami penurunan impor ke level terendah dalam 18 bulan pada Februari, yakni 2,88 juta ton, turun dari 4,6 juta ton pada Januari.
Perencana negara China telah mengumumkan bahwa produksi baja akan dikurangi tahun ini, yang akan menjadi faktor negatif bagi impor batubara kokas.
Selain itu, pada Februari, China memberlakukan bea masuk sebesar 15% terhadap impor batubara kokas dari AS sebagai tanggapan atas tarif 10% yang dikenakan AS terhadap semua impor China (yang kemudian dinaikkan menjadi 20% oleh Donald Trump).
Russell mencatat bahwa tarif impor batubara kokas dari AS kemungkinan besar akan menghentikan perdagangan dengan China, yang tahun lalu membeli 5,75 juta ton, atau 11,6% dari total pasokan maritim produk ini. Namun, penyesuaian arus perdagangan laut akibat tarif China terhadap batubara Amerika Serikat (AS) kemungkinan akan memberikan sedikit dukungan bagi harga di pasar global.
Namun, pengamat mencatat bahwa faktor-faktor ini dapat berubah, dan impor maritim berpotensi mulai pulih pada April dan seterusnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)