10 Kacang-Kacangan Termahal di Dunia, Ada yang Hampir Rp 2 Juta/Kg

13 hours ago 6

Jakarta, CNBC Indonesia — Kacang mungkin terdengar sederhana, sebenarnya di segmen premium, komoditas kecil ini bisa menjadi simbol kemewahan dan investasi gastronomi bernilai tinggi.

Beberapa jenis kacang dihargai setara daging wagyu atau kopi luwak, karena proses budidaya dan pasokannya yang sangat terbatas.

Kacang mahal lahir dari kombinasi antara kelangkaan, biaya produksi tinggi, serta permintaan global yang terus meningkat. Menurut laporan Luxury Leisure Affluence (2025), harga kacang bisa melonjak karena faktor-faktor seperti iklim ekstrem, panen manual, hingga ongkos ekspor yang tinggi. Kualitas rasa, tekstur, dan nilai gizi juga menjadi pembeda utama yang membentuk pasar eksklusif.

Salah satu contohnya adalah macadamia nuts, yang dikenal sebagai "raja kacang". Hanya tumbuh di Australia dan Hawaii, harganya mencapai US$10 per 100 gram atau sekitar Rp160.625/100gram atau Rp 1,66 juta per lg (US$1=Rp 16.625). Teksturnya lembut dan rasanya menyerupai mentega, menjadikannya bahan baku utama untuk industri cokelat dan es krim kelas atas.

Produksinya terbatas karena panennya butuh waktu hingga tujuh  tahun sejak penanaman pohon pertama.

Tak kalah mahalnya, pine nuts atau biji pinus yang sering digunakan dalam saus pesto khas Italia juga dihargai sekitar US$5-10 per 100 gram. Proses panennya ekstrem: biji ini diambil langsung dari kerucut pinus liar di daerah pegunungan, lalu dikeringkan secara manual. Proses panjang dan risiko gagal panen membuat harga stabil tinggi.

Sementara pistachio menjadi kacang bernilai tinggi karena faktor tenaga kerja. Menurut laporan yang sama, panen pistachio masih dilakukan manual, dengan harga US$3-7 per 100 gram. Iran dan Amerika Serikat menjadi dua produsen terbesar dunia, namun fluktuasi cuaca dan air tanah kian memengaruhi suplai.

Di Amerika Utara, pecan dan walnut mendominasi pasar kacang mahal untuk kebutuhan dessert dan industri bakery. Pecan dibanderol US$3-6 per 100 gram, sedangkan walnut US$2-5 per 100 gram. Jenis tertentu seperti Juglans regia dianggap premium karena cita rasa yang lebih lembut dan kandungan minyak sehatnya lebih tinggi.

Walnut. (Dok. Freepik)Foto: Walnut. (Dok. Freepik)
Walnut. (Dok. Freepik)

Kacang asal Brasil, Brazil nuts, termasuk komoditas langka karena hanya tumbuh di hutan hujan Amazon dan tidak bisa dibudidayakan massal. Harganya berkisar US$3-6 per 100 gram, dipanen langsung dari hutan alami. Kondisi ini menjadikannya salah satu hasil alam dengan rantai pasok paling terbatas di dunia.

Cashew dan hazelnut juga menempati posisi penting di pasar global. Cashew atau mete dikenal karena proses pengupasan kulitnya yang rumit dan beracun, sehingga memerlukan perlakuan khusus. Sementara hazelnut yang menjadi bahan dasar produk seperti Nutella, dihargai US$2-5 per 100 gram karena permintaan industri cokelat yang tinggi.

Menariknya, tidak semua kacang mahal datang dari varietas baru. Almond dan black walnut, misalnya, tetap bertahan di pasar premium karena kualitas dan persepsi konsumennya. Almond jenis Marcona asal Spanyol bahkan sering dijuluki "emas putih Mediterania" karena harga dan teksturnya yang sangat halus.

Ilustrasi Kacang Pinus. (Karola G/pexels.com)Foto: Ilustrasi Kacang Pinus. (Karola G/pexels.com)
Ilustrasi Kacang Pinus. (Karola G/pexels.com)

Di luar kemewahan harga, konsumsi kacang-kacangan tetap direkomendasikan karena nilai gizinya. Menurut American Heart Association, konsumsi empat porsi kacang tanpa garam per minggu (sekitar 40 gram per porsi) mampu membantu menjaga kesehatan jantung, kadar gula, dan berat badan. Kandungan lemak tak jenuh, serat, magnesium, dan vitamin E menjadi kunci manfaatnya.

Di sektor perdagangan, kacang premium mencerminkan tren conscious consumption di mana konsumen bersedia membayar lebih untuk produk yang berkelanjutan, langka, atau memiliki nilai sosial tinggi seperti fair trade dan konservasi lingkungan.

Dalam konteks global, pasar kacang premium juga ikut terdampak oleh perubahan iklim. Produksi macadamia di Australia sempat terganggu akibat kekeringan, sementara fluktuasi suhu di Iran menekan hasil pistachio hingga 20% pada beberapa tahun terakhir.

Situasi ini mendorong diversifikasi produksi ke negara tropis seperti Indonesia, Kenya, dan Filipina.

Indonesia sendiri punya potensi besar di pasar kacang bernilai tinggi. Produksi mete, kenari, dan almond tropis mulai dikembangkan di Sulawesi dan Nusa Tenggara.

CNBC Indonesia Research

(emb/emb)

Read Entire Article
Berita Kasus| | | |